Pages

Senin, 24 September 2018

Ikhlas: Ruh Amal

Musholla Al-Hidayah saat itu lengang…jamaah sudah pulang kecuali Kemprul dan Semprul. Musholla Al-Hidayah yang terletak di tengah2 kebun…agak jauh dari perumahan warga kampung…menjadikan suasana lenggang menentramkan.

Semprul duduk di serambi musholla, sementara Kemprul masih di dalam musholla. Semprul sengaja menunggu Kemprul, karena dia ingin benar2 belajar Ikhlas. Semprul melihat sosok Kemprul di dalam Musholla. Kemprul duduk bersila, tepekur diam…Semprul membatin: “apa yang sedang dilakukan Kemprul ya?” Saat Semprul membatin itu…Kemprul kelihatan bergerak dan berdiri dan berjalan menuju ke arah Semprul.

Kemprul: “Kok belum pulang Prul?”

Semprul: “Kan menunggumu.”

Kemprul: “Ada apa e?!”

Semprul: “Aku ingin belajar yang kemarin itu Prul…Ikhlas seperti surat al-Ikhlas…Tidak ada kata Ikhlas dalam surat Al-Ikhlas. Menurutmu bisa dimulai dari mempelajari Surat Al-Ikhlas lebih mendalam.”

Kemprul: “Ya memang benar seperti itu, kalau ada orang mengatakan bahwa dia melakukan shodaqoh, umpamanya. Dia bilang ‘saya ikhlas’ maka tidak sama dengan Ikhlas dalam konsep surat al-Ikhlas. Ikhlas itu betul-betul tidak terlihat, karena sesungguhnya yang terlihat hanya indikatornya saja.”

Semprul: “Terus…mempelajari ikhlas dari surat Al-Ikhlas itu mempelajari ayat-ayatnya kan?!”

Kemprul: “Benar…tapi ini dulu Prul…ikhlas itu benar2 tidak terlihat, sebagaimana dlgambarkan oleh seorang ulama besar Prul, namanya terkenal disebut dengan Ibnu Athaillah As-Sakandari. Menurutnya Ikhlas itu ruh dari amal. Sebagaiamana ruh kita yang tidak kelihatan, maka ruh amal juga tidak kelihatan. Sebagaimana ruh pada tubuh yang mempunyai daya hidup, yang apabila ruh tidak ada tubuh menjadi mati, maka amal juga seperti itu, kalau tidak ada ikhlas, maka amal kita seperti bangkai.”

Semprul: “Mati…seperti bangkai…emm…”

Kemprul: “Lha…untuk bisa benar2 Ikhlas…maka seseorang harus benar menghikmati Al-Ahad…Qul Huwa Allohu Ahad. Katakanlah, Dia adalah Esa.”

Semprul: “Aku sejak dulu sudah hafal Prul.”

Kemprul: “Ya benar juga, anak SD juga hafal. Namun sekarang umurmu sudah 35an tahun, apakah sudah
lebih mendalam maknanya daripada anak SD.”

Semprul: “Mendalam gimana maksudnya?”

Kemprul: “Salah satunya, apakah kamu sudah benar2 merasa diperintah Allah SWT untuk mengatakan Allah adalah Esa? Al-Qur’an itu untuk pedoman untuk kita bagaimana cara beriman, beribadah, dan bermuamalah. Oleh karenanya saat ada ayat ‘Katakanlah Allah adalah Esa’, maka kita juga selayaknya meniru Rasulullah SAW juga mengatakan Allah adalah Esa.”

Semprul: “Iya ya, aku baru kepikiran sekarang. Berarti aku seperti anak SD ya Prul he he.”

Kemprul: “Masak ada anak SD umur 35 tahun Prul…he he."

Kemprul dan Semprul tersenyum…seperti senyum rembulan di tanggal 6.

(Kalitirto, 21 September 2018)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar