Pages

Selasa, 09 Oktober 2018

Lulus Ujian dengan Kembali


Semprul menjadi kelimpungan saat melihat berita di TV tentang bencana Gempa dan Tsunami di Palu. Ia seakan merasakan betapa beratnya ujian mereka yang terdampak bencana tersebut. Ketakutan, kebingungan, harapan, dan kegelisahan pasti meliputi mereka yang ada di sana.

Dari lubuk hati yang terdalam, ia membatin mudah-mudahan Allah SWT memberikan mereka kesabaran dan keteguhan iman. Mampu menata hati untuk tetap ikhlas di tengah bencana yang dahsyat tersebut. Semprul teringat bencana serupa di Aceh, Bantul, dan Lombok, kemudian Semprul berdoa: “Mudah-mudahan Allah SWT menganugerahkan masyarakat di Palu kekuatan untuk bangkit kembali, seperti mereka yang dulu terkena bencana di Aceh, Bantul, Lombok.”

Bencana seperti di Palu, sebagaimana Lik Qosim menjelaskan saat kultum di Musholla Al-Hidayah, bisa menjadi cobaan ujian, sebagaimana ayat 155 sampai dengan ayat 157 surat Al-Baqarah: “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan,”Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.” Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rabbnya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk”.

Lik Qosim melanjutkan bahwa bencana yang terjadi dilihat dari reaksi orang-orang yang terdampak bisa jadi merupakan:
1. Pemuliaan derajat di sisi Allah SWT, kalau mereka menyikapi dengan keridloan, kedamaian, kesadaran dengan kehendak Allah dan penafian diri sepenuhnya dalam cobaan hingga saat berlalunya.
2. Penyucian jiwa bagi yang menyikapinya dengan sabar, tidak mengeluh, lebih rajin menunaikan perintah, dan tidak enggan serta patuh kepada Allah SWT.
3. Teguran ataupun hukuman kalau bagi yang menyikapinya dengan kurang sabar, mengaduh, meratap, dan mengeluh.

Lik Qosim menegaskan bahwa: “Jiwa-jiwa yang Ikhlas atau yang sedang belajar menuju Ikhlash biasanya ada pada nomor 1 dan 2. Mereka tabah karena sadar bahwa dunia dan segala isi kehidupannya adalah ujian untuk Kembali Kepada Allah SWT atau inna lillahi wa inna ilaihi rojiun.”

Semprul membatin, “Aku dulu waktu gempa di Bantul, masuk kategori yang mana ya? Aah entahlah…”

(Kalitirto, 9 Oktober 2018)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar