Senin, 24 Februari 2014
Senin, 10 Februari 2014
Saat Duduk Tasyahhud
Saat duduk Tasyahhud, duduklah dengan adab/sopan. Dan tegaskanlah bahwa seluruh apa yang dilaksankan dari amal perbuatan shalat dan tingkah laku yang suci, adalah karena Allah dan dan kepunyaan Allah. Itulah, yang dimaksudkan dengan: segala kehormatan (tahiyyah) untuk Allah.
Hadirkanlah di dalam hati anda, Nabi SAW dan pribadinya yang mulia, dengan mengucapkan: “Salaamun ‘alaika ayyuhannabiyyu wa rahmatullahi wa barakatuh”, (selamat sejahtera kepadamu wahai Nabi dan Rahmat Allah serta berkatNya). Dan hendaknya benarkanlah cita-cita anda, pada menyampaikan salam kepadanya dan semoga dibalaskannya kepada anda dengan yang lebih sempurna.
Selanjutnya, anda mengharapkan selamat sejahtera kepada diri anda sendiri dan kepada sekalian hamba Allah yang shalih. Kemudian, anda mengharapkan kiranya Allah mengembalikan selamat sejahtera yang lebih sempurna kepada anda, sebanyak bilangan hambaNya yang shalih itu.
Kemudian anda mengakui dengan ke-Esaan Allah dan kenabian Muhammad SAW dengan risalah yang dibawanya di mana anda memperbarui janji kepada Allah dengan mengulangi dua kalimah syahadat dan mengulangi kembali untuk membentengi diri dengan kalimah itu.
Kemudian anda berdoa pada akhir shalat anda, dengan doa yang berasal dari Nabi SAW serta dengan merendahkan diri, khusyu’ hati, memohon, meminta dan mengharap dengan harapan sebenarnya, agar diperkenankan oleh Allah. Dan anda sertakan di dalam doa itu, doa kepada kedua ibu-bapa anda dan kaum muslimin lainnya.
(Imam Ghazali dalam Ihya Ulumuddin)
Rabu, 05 Februari 2014
DOA PERLINDUNGAN DARI KEHINAAN
Cincin Rasulullah SAW |
اللهمّ أحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِي الأُمُورِ كُلِّهَا، وَأجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِ
Allahumma ahsin ‘aqibatanaa fil umuuri kullihaa, wa ajirnaa min khizyid dunyaa wa ‘adzabil akhiroh.
Artinya: Ya Allah, baguskanlah setiap akhir urusan kami, dan selamatkanlah kami dari kebinasaan di dunia dan dari siksa akhirat.
[Dalam Tafsir Al-Qur'anul Adzim oleh Al-Imam Abul Fida Isma'il Ibnu Katsir Ad-Dimasyqi atau terkenal dengan Tafsir Ibnu Katsir Surat Al-Baqarah ayat 114]
Minggu, 25 Agustus 2013
APAKAH ALLAH SWT BENAR-BENAR ADA (WUJUD) [Episode 2 ]
Semprul kelihatan terburu2 untuk bertemu dengan Kemprul. Biasanya,
Semprul kalau jalan klemar-klemer (tidak cekatan/gesit), kali ini dia
gesit dan kelihatan sekali kalau dia terburu-buru,
paling tidak itu bisa dilihat dari nafasnya yang ngos-ngosan saat dia
berdiri di depan Kemprul. Untungnya, cuaca agak mendung dan angin
semilir sehingga baju Semprul tidak klemboh (basah kuyup). Sesaat
kemudian mereka berdua duduk di tanggul sungai dan berbincang-bincang.
Semprul : “Prul, aku sudah mendapatkan tambahan!”
Kemprul : “Tambahan apa?”
Semprul : “Itu...emm yang kemarin kita diskusikan tentang apakah Allah SWT benar2 ada.”
Kemprul : “Lha tambahan maksud kamu apa?”
Semprul : “Aku kan pagi, waktu nyari pakan sapi, ketemu Lik Qosim, terus aku bilang bahwa Allah SWT benar2 ada (wujud). Lha, Lik Qosim malah geguyu aku, sambil bilang terus kamu selama ini sholat masih belum yakin kalau Allah SWT itu ada. Kujawab, ya yakin tapi masih...masih bingung he he.
Kemprul : “he he kapok awakmu...he he”
Semprul : “he he...terus Lik Qosim tanya, lha kalau sekarang sudah yakin dan tidak bingung, memangnya kamu dapat ilmu baru apa? Kujawab seperti diskusi kita kemarin. Terus Lik Qosim bilang, tidak hanya apa yang ada di langit menjadi bukti bahwa Allah SWT itu benar2 ada, di dirimu, di diri kita sebagai manusia ini aja banyak bukti bahwa Allah SWT itu memang benar2 Tuhan Sang Maha Pencipta. Terus Lik Qosim memperlihatkan telapak tangannya, dan katanya di telapak tangan kita ada angka 99, yang merupakan jumlah nama-nama Allah SWT (Asmaul Husna). Aku tambah mantap pokoknya...Allah SWT benar-benar Tuhan Sang Maha Pencipta.
Kemprul : “Bersyukurlah Prul...Allah SWT memberikan kepadamu pengetahuan yang membuatmu lebih memantapkan keyakinanmu. Lha, terus apa kamu sudah paham Asmaul Husna?”
Semprul : “Ya belum, lha ya maksudku kamu yang kuminta ngajari...he he”
Semprul : “Prul, aku sudah mendapatkan tambahan!”
Kemprul : “Tambahan apa?”
Semprul : “Itu...emm yang kemarin kita diskusikan tentang apakah Allah SWT benar2 ada.”
Kemprul : “Lha tambahan maksud kamu apa?”
Semprul : “Aku kan pagi, waktu nyari pakan sapi, ketemu Lik Qosim, terus aku bilang bahwa Allah SWT benar2 ada (wujud). Lha, Lik Qosim malah geguyu aku, sambil bilang terus kamu selama ini sholat masih belum yakin kalau Allah SWT itu ada. Kujawab, ya yakin tapi masih...masih bingung he he.
Kemprul : “he he kapok awakmu...he he”
Semprul : “he he...terus Lik Qosim tanya, lha kalau sekarang sudah yakin dan tidak bingung, memangnya kamu dapat ilmu baru apa? Kujawab seperti diskusi kita kemarin. Terus Lik Qosim bilang, tidak hanya apa yang ada di langit menjadi bukti bahwa Allah SWT itu benar2 ada, di dirimu, di diri kita sebagai manusia ini aja banyak bukti bahwa Allah SWT itu memang benar2 Tuhan Sang Maha Pencipta. Terus Lik Qosim memperlihatkan telapak tangannya, dan katanya di telapak tangan kita ada angka 99, yang merupakan jumlah nama-nama Allah SWT (Asmaul Husna). Aku tambah mantap pokoknya...Allah SWT benar-benar Tuhan Sang Maha Pencipta.
Kemprul : “Bersyukurlah Prul...Allah SWT memberikan kepadamu pengetahuan yang membuatmu lebih memantapkan keyakinanmu. Lha, terus apa kamu sudah paham Asmaul Husna?”
Semprul : “Ya belum, lha ya maksudku kamu yang kuminta ngajari...he he”
Versi Youtuber klik di link ini.
Kamis, 22 Agustus 2013
Apakah Allah SWT benar-benar Ada?
Di tengah hingar bingar suara kendaraan di sore yang
mendung. Di sebuh gubug di tengah kebun, Kemprul dan Semprul sedang berdialog.
Semprul : Prul, kalau ada yang tanya mengapa kamu yakin
bahwa Allah itu benar2 ada (wujud), gimana jawabnya?
Kemprul : Ya dijawab aja...karena Nabi Muhammad SAW
mengabarkannya demikian melalui Al-Qur'an yang
merupakan Firman Allah SWT.
Semprul : Lha kalau dia tanya lagi, mengapa kamu percaya
dengan Al-Qur'an yang dibawa Nabi Muhammad?
Kemprul : Karena Al-Qur'an membuktikan sebagai mukjizat yang
tidak terbantahkan.
Semprul : Buktinya apa?
Kemprul : Buktinya Al-Qur'an memuat ayat-ayat yang
mengandung bukti bahwa Al-Qur'an tidak mungkin dibuat oleh manusia, namun
dibuat oleh Maha Pencipta alam semesta ini.
Semprul : Kalau dia tanya, mana ayat yang kamu maksud?
Kemprul : Di antaranya dalam QS. Adz-Dzariyat [51]:47: “dan langit
itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan Sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya.” Mukjizat dalam ayat ini terletak dalam kata
meluaskannya (lamuusiun), yang artinya langit (jagad raya) secara terus menerus
berkembang. Hal ini terbuktikan oleh hasil observasi pada tahun 1929 oleh Edwin
Hubble, ahli astronomi dari Amerika, menemukan bahwa bintang-bintang dan
galaksi terus menerus bergerak menjauh satu sama lainnya, yang artinya terjadi
perluasan. Al-Qur’an yang diwahyukan pada abad 7 masehi sudah mengabarkannya
ketika saat itu mustahil ilmu pengetahuan membuktikan hal tersebut. Tegasnya,
kalau bukan yang menciptakan alam semesta ini apa ya bisa buat ayat seperti
ayat 47 surat Adz-Dzariyat tersebut.
Semprul : Kalau dia tanya lagi, ada ayat yang lain
ndak...jangan dari 30 juz itu Cuma
Kemprul : Masih banyak ayat yang lain, umpamanya QS. Al-Anbiya’
[21]: 32, yang artinya “dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang
terpelihara...” Coba bayangkan pada saat itu, abad 7 masehi, apa ada orang yang
berpendapat bahwa langit menjadi “atap yang memelihara”. Lha ini dikabarkan
dalam Al-Qur’an yang terbuktikan oleh ilmu pengetahuan saat ini tentang bumi
ini di kelililingi atap yang namanya atmosfer. Lha kalau ada meteor yang mau
nabrak bumi maka harus nabrak atmosfer ini, jadi yang jatuh ke bumi tinggal
puing-puingnya, coba kalau utuh langsung jatuh ke bumi...sudah hancur bumi ini
sejak dulu. Lha, atmosfer ini juga menyaring radiasi yang bertebaran di luar
angkasa. Kalau radiasi ini tidak membahayakan kehidupan di bumi maka dibiarkan
oleh atmosfer masuk ke bumi, tapi kalau berbahaya ditolak oleh atmosfer. Gitu
prul...
Semprul : lha, kalau dia tanya lagi....
Kemprul : lha...sebenarnya ini “dia” yang tanya iku sopo tho?!!
Semprul : he he he...yo aku dewe...he he he
Kemprul : lha gitu aja dari tadi pakai dia-dia...mbok
langsung tanya gitu lho...he he he.
---Bersambung---
Versi Youtube di link ini.
---Bersambung---
Versi Youtube di link ini.
Tags:
#DalilAkalKeberadaanAllahSWT
#DalilAkalKekuasaanAllah SWT
#Tafakkurfikholqillah
Rabu, 03 Juli 2013
MENYAMBUT RAMADHAN
Menyambut Ramadhan: mudah-mudahan dianugerahkan mampu lego-lilo berpuasa, lego-lilo bertarawih, lego-lilo bertadarus, lego-lilo bershodaqoh/zakat, lego-lilo bersilaturrahmi...dll.
Selasa, 02 Juli 2013
BERZIARAH KUBURLAH !
foto dicopy dari http://news.detik.com/surabaya/ readfoto/2007/12/07/192350/863919/473/3/ |
PERINTAH ZIARAH KUBUR
- Rasulullah Muhammad SAW pernah bersabda: “Dahulu aku melarang kalian untuk menziarahi kubur, namun (Allah) telah memberi izin kepada Muhammad untuk melakukannya sehingga dapat menziarahi kubur ibunya. Berziarah-kuburlah kalian karena hal itu akan menjadikan kalian mengingat akherat!” (Sahih Muslim, Jilid 2, halaman 366).
- Imam Ibnu Idris as-Syafi’i telah mengatakan: “Ziarah kubur hukumnya tidak apa-apa. Namun sewaktu menziarahi kubur hendaknya tidak mengatakan hal-hal yang menyababkan murka Allah”. (Dalam Makrifatul as-Sunan wal Atsar jilid 3 halaman 203).
- Al-Hakim an-Naisaburi dalam kitab Mustadrak Ala as-Shahihain jilid 1 halaman 377 menyatakan: “Ziarah kubur merupakan sunah yang sangat ditekankan”.
- “Menurut mayoritas Ahlusunah dinyatakan bahwa ziarah kubur adalah sunah”. Sebagaimana dalam kitab-kitab para ulama dan tokoh Ahlusunah seperti Ibnu Hazm dalam kitab al-Mahalli jilid 5 halaman 160, Imam Abu Hamid al-Ghazali dalam kitab Ihya’ Ulumuddin jilid 4 halaman 531, Abdurrahman al-Jaziri dalam kitab al-Fikh alal Madzahibil Arba’ah jilid 1 halaman 540 (dalam penutupan kajian ziarah kubur), dan banyak lagi ulama Ahlusunah lainnya. Syeikh Manshur Ali Nashif dalam kitab at-Tajul Jami’ lil Ushul jilid 1 halaman 381.
SALAM MASUK MAKAM
Salam masuk makam sebagaimana diajarkan Rasulullah Muhammad
SAW:
“Assalaamu 'Alaikum Ahlad Diyaari Minal Mukminiin Wal
Muslimiin. Wa Innaa Insyaallahu Bikum Laahiquun Nas`Alu Allaha Lanaa Wa Lakumul
'Aafiah.”
(Semoga keselamatan terlimpahkan kepada kalian wahai penduduk
alam barzah, dari kaum mukminin & muslimin. Sesungguhnya kami akan menyusul
kalian insya Allah. Dan kami meminta Allah untuk kami & kalian agar diberi
keselamatan. [HR. ibnumajah No.1536].
BERDIRI/DUDUK SAAT MENDOAKAN
Berdiri kalau buru2 atau makam kotor/najis. Duduk juga boleh,
Nabi SAW bersabda:
“Tidak seorangpun yang mengunjungi kuburan saudaranya dan duduk kepadanya (untuk mendoakannya) kecuali dia merasa bahagia dan menemaninya hingga dia berdiri meninggalkan kuburan itu.” (HR. Ibnu Abu Dunya dari Aisyah dalam kitab Al-Qubûr).
“Tidak seorangpun yang mengunjungi kuburan saudaranya dan duduk kepadanya (untuk mendoakannya) kecuali dia merasa bahagia dan menemaninya hingga dia berdiri meninggalkan kuburan itu.” (HR. Ibnu Abu Dunya dari Aisyah dalam kitab Al-Qubûr).
DALIL BACAAN DAN DOA
Pembacaan Al-Qur’an di kuburan untuk orang yang telah wafat (tahlilan) sebagaimana
dalam buku2 Yasin dan tahlil berdasarkan riwayat-riwayat berikut:
- Bacalah yasin kepada orang-orang mati diantara kalian” {HR. Abu Dawud jilid 8/385}, hadist ini disahihkan oleh Ibnu Hibban.
- Hadits tentang wasiat Ibnu Umar ra yang tertulis dalam syarah Aqidah Thahawiyah hal. 458, Dari Ibnu Umar ra: “Bahwasanya beliau berwasiat agar di atas kuburnya nanti sesudah pemakaman dibacakan awal-awal surat al-Baqarah dan akhirnya..”. Hadits ini menjadi pegangan Muhammad bin Hasan dan Imam Ahmad bin Hanbal padahal Imam Ahmad ini sebelumnya termasuk orang yang mengingkari sampainya pahala amalan dari orang yang hidup pada orang yang telah mati. Namun setelah beliau mendengar dari orang-orang kepercayaan tentang wasiat Ibnu Umar ini beliaupun mencabut pengingkar- annya itu (Mukhtasar Tazkirah Qurtubi hal. 25).
- Dalam Sunan Baihaqi dengan isnad Hasan: “Bahwasanya Ibnu Umar menyukai agar dibaca diatas pekuburan sesudah pemakaman awal surat Al-Baqarah dan akhirnya”. Perbedaan dua hadits terakhir ini ialah yang pertama adalah wasiat Ibnu Umar sedangkan yang kedua adalah pernyataan bahwa beliau menyukai hal tersebut. Hadits dari Ibnu Umar ra. bahwa Rasulallah saw.bersabda :”Jika mati seorang dari kamu, maka janganlah kamu menahannya dan segeralah mem- bawanya kekubur dan bacakanlah Fatihatul Kitab disamping kepalanya”. (HR. Thabrani dan Baihaqi)
- Imam Nawawi dalam Syarah Muhadzdzab mengatakan: ‘Disunnahkan bagi orang yang berziarah kekuburan membaca beberapa ayat Al-Qur’an dan berdo’a untuk penghuni kubur’. Imam Nawawi menyimpulkan bahwa membaca Al-Qur’an bagi arwah orang-orang yang telah wafat dilakukan juga oleh kaum Salaf (terdahulu). Pada akhirnya Imam Nawawi mengutip penegasan Taqiyyuddin Abul Abbas Ahmad bin Taimiyah (Ibnu Taimiyyah) sebagai berikut : “Barangsiapa berkeyakinan bahwa seorang hanya dapat memperoleh pahala dari amal perbuatannya sendiri, ia menyimpang dari ijma’ para ulama dan dilihat dari berbagai sudut pandang keyakinan demikian itu tidak dapat dibenarkan”.
- Abu Hurairah ra. meriwayatkan bahwasanya Nabi saw. bersabda: “Barangsiapa yang berziarah di kuburan, kemudian ia membaca ‘Al-Fatihah’, ‘Qul Huwallahu Ahad’ dan ‘Alhaakumut takatsur’, lalu ia berdo’a Ya Allah, kuhadiahkan pahala pembacaan firman-Mu pada kaum Mu’minin dan Mu’minat penghuni kubur ini, maka mereka akan menjadi penolong baginya (pemberi syafa’at) pada hari kiamat”.