Di satu malam, Semprul bertahan tidak segera beranjak pergi dari majelis pengajian. Ia ingin bertanya kepada Kemprul tentang tasbihnya alam semesta.
Semprul: "Prul, tasbihnya alam semesta itu seperti apa tho?!"
Kemprul: "Lho...kok dalam pertanyaamu Prul...sedikit penjelasan secara logisnya begini Prul."
Tasbih itu adalah ungkapan atas kekaguman dan ketundukan yang mendalam. Yang dikerjakan alam semesta dari waktu ke waktu ya itu ketundukannya atas fungsi untuk apa mereka diciptakan.
Contohnya tubuh kita, organ2 tubuh manusia bergerak sesuai prosedur sistematis dan saling mempengaruhi antar satu dengan lainnya dengan ukuran yang proporsional. Begitu juga alam semesta di luar manusia, semua tunduk atas ketentuan Sang Maha Pencipta sesuai fitrah penciptaannya.
Matahari secara sistematis berputar sesuai orbit yang ditentukan. Sinarnya sampai ke bumi dengan ukuran yg proporsional seimbang mempengaruhi dan dipengaruhi lainnya. Sampai saat yg ditentukan keseimbangan itu selalu terjaga dengan ketundukan total (ibadah) alam semesta kepada Sang Maha Pencipta.
Hal potensial yang merusak adalah keluar dari orbit yang ditentukan dan ketidakseimbangan pengaruh antar satu unsur dan lainnya. Keduanya hanya dimiliki oleh jin dan manusia. Oleh karenanya dua makhluk ini diperintah tunduk beribadah bersama-sama alam semesta lainnya.
Salah satu wujud peringatan agar manusia tunduk tdk keluar orbit adalah beribadah shalat. Setiap rekaat sholat mempunyai 360 derajat seperti putaran orbit penuh: berdiri dan duduk adalah posisi 0 derajat; posisi ruku’ 90 derajat; posisi sujud pertama 135 derajat; dan posisi sujud kedua 135 derajat. Sehingga untuk setiap rekaat = 90 derajat + 135 + 135 derajat = 360 derajat.
Mengenai keseimbangan atau keadaan harmonis yang dihasilkan dari alam semesta adalah saling keterkaitan memberikan pengaruh secara proposional. Hal ini diserukan kepada manusia dengan amal sholih yang berarti terhindar dari kerusakan atau keburukan. Dari point inilah disebutkan sholat itu mencegah kekejian dan kemungkaran.
"Kok...geleng2 Prul...tdk setujukah?"
Semprul: "Eh...aku geleng2 kah?! He he... bukan karena tidak setuju Prul...lagi ingat katamu tadi itu...kok pertanyaannya mendalam...aku menghubungkannya dengan tasbih dalam sujud itu kan ekspresi sesungguhnya tunduk...aku langsung paham hubungannya...begitu Prul!"
(Kalitirto, 19 Februari 2020)
Semprul: "Prul, tasbihnya alam semesta itu seperti apa tho?!"
Kemprul: "Lho...kok dalam pertanyaamu Prul...sedikit penjelasan secara logisnya begini Prul."
Tasbih itu adalah ungkapan atas kekaguman dan ketundukan yang mendalam. Yang dikerjakan alam semesta dari waktu ke waktu ya itu ketundukannya atas fungsi untuk apa mereka diciptakan.
Contohnya tubuh kita, organ2 tubuh manusia bergerak sesuai prosedur sistematis dan saling mempengaruhi antar satu dengan lainnya dengan ukuran yang proporsional. Begitu juga alam semesta di luar manusia, semua tunduk atas ketentuan Sang Maha Pencipta sesuai fitrah penciptaannya.
Matahari secara sistematis berputar sesuai orbit yang ditentukan. Sinarnya sampai ke bumi dengan ukuran yg proporsional seimbang mempengaruhi dan dipengaruhi lainnya. Sampai saat yg ditentukan keseimbangan itu selalu terjaga dengan ketundukan total (ibadah) alam semesta kepada Sang Maha Pencipta.
Hal potensial yang merusak adalah keluar dari orbit yang ditentukan dan ketidakseimbangan pengaruh antar satu unsur dan lainnya. Keduanya hanya dimiliki oleh jin dan manusia. Oleh karenanya dua makhluk ini diperintah tunduk beribadah bersama-sama alam semesta lainnya.
Salah satu wujud peringatan agar manusia tunduk tdk keluar orbit adalah beribadah shalat. Setiap rekaat sholat mempunyai 360 derajat seperti putaran orbit penuh: berdiri dan duduk adalah posisi 0 derajat; posisi ruku’ 90 derajat; posisi sujud pertama 135 derajat; dan posisi sujud kedua 135 derajat. Sehingga untuk setiap rekaat = 90 derajat + 135 + 135 derajat = 360 derajat.
Mengenai keseimbangan atau keadaan harmonis yang dihasilkan dari alam semesta adalah saling keterkaitan memberikan pengaruh secara proposional. Hal ini diserukan kepada manusia dengan amal sholih yang berarti terhindar dari kerusakan atau keburukan. Dari point inilah disebutkan sholat itu mencegah kekejian dan kemungkaran.
"Kok...geleng2 Prul...tdk setujukah?"
Semprul: "Eh...aku geleng2 kah?! He he... bukan karena tidak setuju Prul...lagi ingat katamu tadi itu...kok pertanyaannya mendalam...aku menghubungkannya dengan tasbih dalam sujud itu kan ekspresi sesungguhnya tunduk...aku langsung paham hubungannya...begitu Prul!"
(Kalitirto, 19 Februari 2020)