Kamis, 18 Juli 2019

MENANAM BENIH IMAN


Setelah perbincangan Kemprul dengan Semprul tentang Bukti Keberadaan Allah SWT dan pengalaman Semprul tersungkur karena hidayah dari Allah SWT, Semprul bertambah semangat belajar kepada Kemprul. Bahkan semangat Semprul tersebut diwarnai seleret kerinduan dan seberkas rasa segannya terhadap Kemprul.

Di saat perasaan percampuran antara semangat, rindu, dan segan tersebut Semprul memberanikan diri mengajukan jadwal rutin belajar kepada Kemprul.

Semprul: “Prul, seandainya aku belajar lebih rutin kepadamu, kamu setuju ndak?”

Kemprul: “Belajar apa Prul? Lha ngaji kamu sudah belajar tiap minggu di pengajian rutin malam Rabu.”

Semprul: “Ini beda Prul. Ini ngaji yang kelanjutannya kemarin2 itu.”

Kemprul: “Lha bukannya, kita selama ini ngobrol2 saja…he he”

Mendengar jawaban Kemprul, Semprul kelihatan bingung, tengok kanan, tengok kiri. Kelihatan ia tmbah bingung dan kemudian berkata:

Semprul: “Lha…entahlah ngobrol atau ngaji itu…gini saja Prul…apapun namanya kita diskusi yang seperti kemarin tapi lebih rutin.”

Kemprul: “Wuih semangat kamu banget Prul, mungkin seperti semangatnya biji kurma.”

Semprul: “Lha kok semangku seperti biji kurma, piye tho?!”

Kemprul: “Lha iya…Pohon Kurma di gurun itu Prul cara menanamnya dengan cara ditanam di dalam tanah sedalam 2-3 meter, kemudian ditimbun dengan bebatuan.”

Semprul: “Lha kok ditimbun dengan bebatuan.”

Kemprul: “Lha itu uniknya seperti semangamu.”

Semprul: “Ok lanjut-lanjut Prul!”

Kemprul: “Setelah ditimbun dengan bebatuan, biji kurma itu tidak menumbuhkan tunas terlebih dahulu, namun ia menghujamkan akarnya terus ke dalam tanah samapi menemukan sumber air yang cukup. Baru kemudian biji kurma itu akan menumbuhkan tunas dan memecahkan bebatuan yang menimbunnya hingga tunas nya tumbuh dan hidup berjuang tak kenal rasa takut akan hawa panas karena sudah mempunyai modal yang kuat yaitu akar yang begitu panjang dan dalam hingga ke sumber mata air di bawah gurun pasir.”

Semprul: “Oh…luar biasa!”

Kemprul: “Begitu juga Prul, orang yang menanam biji atau benih Lailaha Illalloh Muhammadur Rasulullah dalam hatinya dipadu dengan pemahaman yang benar maka keimanan akan tumbuh seperti pohon kurma.”

Semprul: “Maksudnya menanam benih Lailaha Illalloh Muhammadur Rasulullah dalam hati dipadu dengan pemahaman yang benar itu seperti apa Prul?”

Kemprul: “Masak dari tadi tidak terasa Prul?”

Dibilang seperti itu, Semprul celingukan kemudian menarik nafas panjang, terbayang diskusi dengan Kemprul tentang Bukti Keberadaan Allah, bertemu Lik Qosim, Sujud Syukurnya di Musholla Al-Hidayah, kemudian terlihat mata Semprul tergenang air mata. Kemudian sungguh mengejutkan, dadanya bergetar, jantungnya berdegup kencang, kemudian ia setengah berteriak: “Laa Ilaha Illalloh, Muhammadurrosulullah.” Kemudian ia terlihat menangis yang ditahan dan terbata-bata bilang:

Semprul: “Terima kasih Prul…”

Kemprul: “Sama-sama Prul…malam hari ini adalah malam selasa, kita rutinkan diskusi kita setiap hari Senin Malam Selasa setelah Isya’.”

Semprul hanya menganguk pelan sambal menikmati nada indah di jantungnya...yang berbunyi “Laa Ilaha Illalloh, Muhammadurrosulullah”.

(Kalitirto, 10 Juli 2019)

Versi Youtube di link ini.

Diskusi Semprul dan Kemprul Sebelumnya:



0 comments:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More