Jumat, 29 November 2019
Kamis, 05 September 2019
Senin, 12 Agustus 2019
Sabtu, 20 Juli 2019
Kamis, 18 Juli 2019
TASBIHKU, TASBIHMU, TASBIH MEREKA, MUNGKIN BERBEDA
Beberapa orang, teman-teman satu group seperondan
dengan Semprul, terburu-buru menemui Kemprul di rumahnya.
Teman Semprul: “Assalamu’alaikum…”
Kemprul yang di
belakang rumah sedang menyiangi rumput2 di kebun Sayur Organiknya mendengar
lamat2 salam dari depan rumahnya. Kemprul tersenyum sendiri, dan dengan lirih
ia berucap, “Alhamdulillah…, Allohu Ya Karim, terima kasih ya Allah yang Maha
Pemurah.” Kemprul kemudian berdiri menjawab
salam dari depan rumahnya:
Kemprul: “Wa’alaikumusalam
wr. wb.”
Dalam perjalanan menuju
depan rumah, Kemprul berkali-kali tersenyum, dan sesampai ia membuka pintu terlihat
senyumnya bertambah lebar, dan kemudian dengan membuka pintu ia kembali
menjawab:
Kemprul: “Wa’alaikumusalam
wr. wb...Alhamdulillah, njanur gunung (tidak seperti biasanya) kalian
pagi-2 sampai di sini?”
Teman Semprul: “Iya
kang…ini ada yang darurat kang…Semprul tadi hampir tertabrak motor di pinggir
portal kereta di utara desa.”
Kemprul: “Kalau hampir berarti
tidak tertabrak kan?!.”
Teman Semprul: “Iya
kang…tidak tertabrak, cuma sekarang dia di pinggir rel kereta sendirian…agak
jauh dari jalan…kadang duduk, tiduran…kelihatan dia sedang asyik. Lha, kami
khawatir dia kemasukan jin.”
Kemprul: “Insya Allah
tidak apa2…”
Belum sempurna Kemprul
menyelesaikan kalimatnya, dari belokan 50 meter dari rumah Kemprul terlihat
Semprul membelokkan sepeda motornya ke arah rumah Kemprul.
Kemprul: “Lha itu dia Semprul!
Alhamdulillah, nih Prul kamu dibicarakan teman2mu…pada khawatir kamu kemasukan
jin di pinggir rel kereta…he he”
Semprul: “Iya Prul,
tadi ada yang laur biasa di pinggir portal rel kereta, saat kereta lewat portal
tertutup, kan ada suara tit tut tit tut…lha aku merasakan hatiku ikut bersuara
Alloh, Alloh, Alloh…dan itu terus prul, sampai sudah selesai itu masih bersuara
dan aku menikmatinya, sampai lupa kalau aku di tengah jalan. Lha karena
penasaran aku ke pinggir rel yang agak sepi menunggu portal tertutup lagi…dan
bunyi itu…terdengar lagi…lalu aku mencoba mengikutinya…dan aku mencoba-coba dengan
gerakan tanganku, ataupun dengan naik turun nafasku. Asyik Prul, aku kebayang,
untuk mengingatkan kita agar berdzikir, tidak hanya memakai biji tasbih, tapi
bisa apapun, suara portal kereta, gerakan langkah kaki, tangan, nafas, dan
lain-lain. Lha..tadi aku mencari tempat di pinggir rel ingin mencari yang cocok
dengan tasbih apa aku bisa tetap berdzikir kepada Allah SWT. Karena sepertinya setiap orang mempunyai tasbih pengingat dzikir sendiri-sendiri.”
Teman Semprul: “Ooh…Kami
kira kamu kemasukan jin Prul! Eeh ternyata sedang belajar dzikir. Prul, kami
mau belajar dzikir juga…kami diajari dong!”
Semprul: “Walah…kok
minta ajar aku tho?! Lha yang ngajari aku Kemprul kok! Lha kita belajar saja bersama-sama
ke Kemprul.”
Kemprul: “Ya monggo…ayo
kita belajar bersama-sama…besok malam senin malam selasa jam 20.30 kita belajar
bersama-sama.”
Terdengar pengumuman
dari masjid, Innalilahi wa inna ilaihi rojiun….dst.
Kemprul: “Yuk kita
sekarang kita takziah bareng2.”
Dan mereka kemudian
bersama-sama pergi takziah di desa sebelah timur sungai.
(di Lereng Merapi, Kampus UII, 18 Juli 2019)
------------
Diskusi Semprul dan
Kemprul Sebelumnya:
1. Diskusi 1 bisa dilihat di https://almuslimuna.blogspot.com/2013/08/apakah-allah-swt-benar-benar-ada.html
2. Diskusi 2 bisa dilihat di https://almuslimuna.blogspot.com/2013/08/apakah-allah-swt-benar-benar-ada-wujud.html
3. Diskusi 3 bisa dilihat di https://almuslimuna.blogspot.com/2014/08/hidayah-membuat-semprul-tersungkur.html
5. Diskusi 5 bisa dilihat di https://almuslimuna.blogspot.com/2019/07/merasakan-kesadaran-diri-dengan-dzikir.html
MENANAM BENIH IMAN
Setelah perbincangan Kemprul dengan Semprul tentang Bukti Keberadaan
Allah SWT dan pengalaman Semprul tersungkur karena hidayah dari Allah SWT,
Semprul bertambah semangat belajar kepada Kemprul. Bahkan semangat Semprul
tersebut diwarnai seleret kerinduan dan seberkas rasa segannya terhadap
Kemprul.
Di saat perasaan percampuran antara semangat, rindu, dan segan tersebut
Semprul memberanikan diri mengajukan jadwal rutin belajar kepada Kemprul.
Semprul: “Prul, seandainya aku belajar lebih rutin kepadamu, kamu setuju
ndak?”
Kemprul: “Belajar apa Prul? Lha ngaji kamu sudah belajar tiap minggu di
pengajian rutin malam Rabu.”
Semprul: “Ini beda Prul. Ini ngaji yang kelanjutannya kemarin2 itu.”
Kemprul: “Lha bukannya, kita selama ini ngobrol2 saja…he he”
Mendengar jawaban Kemprul, Semprul kelihatan bingung, tengok kanan,
tengok kiri. Kelihatan ia tmbah bingung dan kemudian berkata:
Semprul: “Lha…entahlah ngobrol atau ngaji itu…gini saja Prul…apapun
namanya kita diskusi yang seperti kemarin tapi lebih rutin.”
Kemprul: “Wuih semangat kamu banget Prul, mungkin seperti semangatnya
biji kurma.”
Semprul: “Lha kok semangku seperti biji kurma, piye tho?!”
Kemprul: “Lha iya…Pohon Kurma di gurun itu Prul cara menanamnya dengan
cara ditanam di dalam tanah sedalam 2-3 meter, kemudian ditimbun dengan
bebatuan.”
Semprul: “Lha kok ditimbun dengan bebatuan.”
Kemprul: “Lha itu uniknya seperti semangamu.”
Semprul: “Ok lanjut-lanjut Prul!”
Kemprul: “Setelah ditimbun dengan bebatuan, biji kurma itu tidak
menumbuhkan tunas terlebih dahulu, namun ia menghujamkan akarnya terus ke dalam
tanah samapi menemukan sumber air yang cukup. Baru kemudian biji kurma itu akan
menumbuhkan tunas dan memecahkan bebatuan yang menimbunnya hingga tunas nya
tumbuh dan hidup berjuang tak kenal rasa takut akan hawa panas karena sudah
mempunyai modal yang kuat yaitu akar yang begitu panjang dan dalam hingga ke
sumber mata air di bawah gurun pasir.”
Semprul: “Oh…luar biasa!”
Kemprul: “Begitu juga Prul, orang yang menanam biji atau benih Lailaha
Illalloh Muhammadur Rasulullah dalam hatinya dipadu dengan pemahaman yang benar
maka keimanan akan tumbuh seperti pohon kurma.”
Semprul: “Maksudnya menanam benih Lailaha Illalloh Muhammadur Rasulullah
dalam hati dipadu dengan pemahaman yang benar itu seperti apa Prul?”
Kemprul: “Masak dari tadi tidak terasa Prul?”
Dibilang seperti itu, Semprul celingukan kemudian menarik nafas panjang,
terbayang diskusi dengan Kemprul tentang Bukti Keberadaan Allah, bertemu Lik
Qosim, Sujud Syukurnya di Musholla Al-Hidayah, kemudian terlihat mata Semprul
tergenang air mata. Kemudian sungguh mengejutkan, dadanya bergetar, jantungnya
berdegup kencang, kemudian ia setengah berteriak: “Laa Ilaha Illalloh,
Muhammadurrosulullah.” Kemudian ia terlihat menangis yang ditahan dan
terbata-bata bilang:
Semprul: “Terima kasih Prul…”
Kemprul: “Sama-sama Prul…malam hari ini adalah malam selasa, kita
rutinkan diskusi kita setiap hari Senin Malam Selasa setelah Isya’.”
Semprul hanya menganguk pelan sambal menikmati nada indah di
jantungnya...yang berbunyi “Laa Ilaha Illalloh, Muhammadurrosulullah”.
(Kalitirto, 10 Juli 2019)
Versi Youtube di link ini.
Diskusi Semprul dan
Kemprul Sebelumnya:
1. Diskusi 1 bisa dilihat di https://almuslimuna.blogspot.com/2013/08/apakah-allah-swt-benar-benar-ada.html
2. Diskusi 2 bisa dilihat di https://almuslimuna.blogspot.com/2013/08/apakah-allah-swt-benar-benar-ada-wujud.html
3. Diskusi 3 bisa dilihat di https://almuslimuna.blogspot.com/2014/08/hidayah-membuat-semprul-tersungkur.html
Sabtu, 13 Juli 2019
ILMU SYAHADAT
Syahadat (asy-syahādah) berasal dari bahasa Arab yang artinya ia telah memberikan persaksian, memberikan ikrar setia, dan memberikan pengakuan. Syahadat dalam pengertian rukun Islam yang pertama adalah pernyataan diri segenap jiwa dan raga atas persaksian bahwa Tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah (Rasul-Nya). Syahadat atau persaksian tersebut tidak bisa sempurna kecuali dengan dilandasi ilmu, sebagaimana Firman Allah swt.:
شَهِدَ ٱللَّهُ أَنَّهُ لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ هُوَ وَٱلْمَلاَئِكَةُ وَأُوْلُواْ ٱلْعِلْمِ قَآئِمَاً بِٱلْقِسْطِ لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ هُوَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْحَكِيمُ
"Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS. Ali Imran [3]: 18).
Dalam tafsir Al-Azhar karya Buya Hamka disebutkan bahwa kata “syahida” di awal ayat di atas bermakna bahwa Allah swt menjelaskan dengan media cipataan-Nya (alam semesta, termasuk manusia di dalamnya) bahwa “Tidak ada tuhan selain Allah.” Dengan media ciptaan Allah SWT lah manusia mampu mengerti, memahami, dan kemudian bersaksi bahwa memang “Tidak ada tuhan selain Allah”.
Sebagai manusia muslim, adalah wajib untuk berilmu. Karena tanpa ilmu maka tidak akan bisa bersaksi. Dan tanpa saksi maka tidak bisa bersyahadat dengan benar. Tanpa ilmu maka persaksian yang dimiliki adalah persaksian yang rapuh yang mudah gugur karena tanpa argumenentasi.
Orang yang berilmu pada ayat QS. Ali Imran [3]: 18 tersebut, secara sederhana adalah orang-orang yang menyediakan waktu, tenaga, akal dan pikirannya untuk menyelidiki keadaan alam ini, baik di bumi ataupun di langit, di laut dan di darat, di binatang dan di tumbuh-tumbuhan, dan di diri manusia sendiri, untuk menggali, mengerti, memahami bahwa “Alam Semesta dan Diri ini adalah Ciptaan Allah swt” dan menuju perkesaksian bahwa memang tidak ada Tuhan melainkan Allah. Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah swt.:
سَنُرِيهِمْ آيَاتِنَا فِي ٱلآفَاقِ وَفِيۤ أَنفُسِهِمْ حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ ٱلْحَقُّ أَوَلَمْ يَكْفِ بِرَبِّكَ أَنَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ
Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa Sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu? (QS. Fusshilat [41]: 53)
Contoh dalam Al-Qur’an tentang orang yang berilmu ini adalah Nabi Ibrahim as. yang menyelidiki alam semesta dalam rangka mencari Tuhan:
فَلَمَّا جَنَّ عَلَيْهِ ٱلْلَّيْلُ رَأَى كَوْكَباً قَالَ هَـٰذَا رَبِّي فَلَمَّآ أَفَلَ قَالَ لاۤ أُحِبُّ ٱلآفِلِينَ. فَلَمَّآ رَأَى ٱلْقَمَرَ بَازِغاً قَالَ هَـٰذَا رَبِّي فَلَمَّآ أَفَلَ قَالَ لَئِن لَّمْ يَهْدِنِي رَبِّي لأَكُونَنَّ مِنَ ٱلْقَوْمِ ٱلضَّالِّينَ. فَلَماَّ رَأَى ٱلشَّمْسَ بَازِغَةً قَالَ هَـٰذَا رَبِّي هَـٰذَآ أَكْبَرُ فَلَمَّآ أَفَلَتْ قَالَ يٰقَوْمِ إِنِّي بَرِيۤءٌ مِّمَّا تُشْرِكُونَ. إِنِّي وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلأَرْضَ حَنِيفاً وَمَآ أَنَاْ مِنَ ٱلْمُشْرِكِينَ
"Ketika malam telah menjadi gelap, dia (Ibrahim) melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata, “Inilah Tuhanku”. Maka ketika bintang itu terbenam dia berkata, “Aku tidak suka kepada yang terbenam”. Lalu ketika dia melihat bulan terbit dia berkata, “inilah Tuhanku”. Tetapi ketika bulan itu terbenam dia berkata, “Sungguh, jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat”. Kemudian ketika dia melihat matahari terbit dia berkata, “Inilah Tuhanku, ini lebih besar”. Tetapi ketika matahari terbenam, dia berkata, ”Wahai kaumku! Sungguh aku berlepas diri apa yang kamu persekutukan”. Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah Termasuk orang-orang yang mempersekutukan tuhan." (QS. Al-An’am [6]: 76-79).
Untuk membedakan antara bersyahadat orang-orang berilmu dan tidak berilmu dapat di-’rasa’-kan pada kisah-kisah berikut ini:
1. Diskusi 1 bisa dilihat di https://almuslimuna.blogspot.com/…/apakah-allah-swt-benar-b…
2. Diskusi 2 bisa dilihat di https://almuslimuna.blogspot.com/…/apakah-allah-swt-benar-b…
3. Diskusi 3 bisa dilihat di https://almuslimuna.blogspot.com/…/hidayah-membuat-semprul-…
4. https://almuslimuna.blogspot.com/…/merasakan-kesadaran-diri…
2. Diskusi 2 bisa dilihat di https://almuslimuna.blogspot.com/…/apakah-allah-swt-benar-b…
3. Diskusi 3 bisa dilihat di https://almuslimuna.blogspot.com/…/hidayah-membuat-semprul-…
4. https://almuslimuna.blogspot.com/…/merasakan-kesadaran-diri…
Ngapunten dan Terima kasih...
Minggu, 07 Juli 2019
MERASAKAN KESADARAN DIRI DENGAN DZIKIR
Di
malam yang sangat dingin di musim kemarau, seusai jagong Midodareni di rumah
tetangga, Semprul dan Kemprul beringsut ke pos ronda. Mereka menyimak berita
tentang kriminalitas. Hanya sekitar 5 menit, Semprul menarik nafas panjang dan
kemudian berkata:
Semprul:
“Prul, bukankah setiap orang itu sadar dengan apa yang dilakukannya?”
Kemprul:
“Harusnya seperti itu Prul. Seharunya orang shalat itu sadar kalau lagi
shalat, waktu dzikir ingat kalau lagi
dzikir atau mengingat yang sedang didzikiri, ingat Allah SWT.”
Semprul:
“Lha itu Prul, kalau dzikir itu pikiranku seharusnya bagaimana, dan perasaanku
harusnya seperti apa?”
Kemprul:
“Menurut Syaikh Ibnu Athoillah dalam Kitab Al-Hikam Kualitas dzikir terdiri
dari 4 (empat) tingkatan, yaitu: pertama, Dzikrul Lisan. Tingkatan dzikir lisan
adalah berdzikir sebatas pada lisan atau mulut, tanpa melibatkan hati. Hati
pada tingkatan ini masih lalai dan belum mampu merasakan rasa takwa yang
semakin mendalam, belum merasakan takut, malu, cemas, rindu, dan cinta kepada
Allah SWT.
Semprul:
“Tapi itu masih bagus kan Prul daripada tidak dzikir?”
Kemprul:
“Ya tentu, lebih bagus Prul. Namun kualitas ini, kalau Allah berkehendak akan
ditingkatkan pada tingkat kedua, yaitu Dzikir diserta ingat dalam hati.
Tingkatan dzikir hati adalah ingatnya hati yang ingat namun belum disertai rasa
bertambahnya takwa yang semakin mendalam, belum merasakan takut, malu, cemas,
rindu, dan cinta kepada Allah SWT. Indikator pada tingkatan ini adalah
kecenderungan untuk memadukan lisan dan hati dalam berdzikir, sehingga
seringkali dzikir lisannnya tertinggal dan diam.”
Semprul:
“Oooh…!”
Kemprul
tersenyum mendengar Oooh yang diucapkan Semprul, kemudian Kemprul melanjutkan.
Kemprul:
“Tingkatan yang ketiga, ada adalah dzikirnya disertai hadirnya hati atau
disebut hudlur. Tingkatan dzikir hadirnya hati adalah ingatnya hati yang
disertai disertai rasa bertambahnya takwa yang semakin mendalam, belum
merasakan takut, malu, cemas, rindu, dan cinta kepada Allah SWT. Indikator pada
tingkatan ini adalah adanya rasa gentar kepada Allah SWT yg dapat dilihat dari
getaran tubuh atau bahkan menangis, atau tersenyum.”
Semprul:
“Wuih…bagus sekali ini Prul!”
Kemprul:
“Ya Prul…kita kalau sudah dikarunia dzikir ini…harus banyak bersyukur…dan terus
berikhtiar dan doa agar Allah meningkatkan kualitas dzikir kita pada tingkat
yang keempat, yaitu Dzikir Ghoibah, yaitu dzikir yang hanya teringat pada Allah
SWT dan tidak kepada selain Allah SWT. Gambaran tingkatan ini adalah
keterpesonaan atau keterpanaan seseorang pada sesuatu, sebagaimana
keterpesonaan para wanita bangsawan pada ketampanan nabi Yusuf as. Indikatornya
adalah kekhusyuan yang kuat yang dapat dilihat dari ketahanan dalam beribadah,
keyakinan yang mantap, dan jiwa yang tenang.”
Semprul:
“Gimana caranya sampai pada tingkat tersebut Prul?”
Kemprul:
“Syaikh Ibnu Athaillah As-Sakandary memberikan nasehat sederhana berdzikirlah
terus dan berharap mudah-mudahan Allah SWT menganugerahkannya.”
Semprul
mangut-mangut sambal menerawang dengan tatpan kosong ke TV. Melihat itu,
Kemprul berkata:
Kemprul:
“Prul, bagus ya beritanya?”
Semprul
tergagap, dan menjawab: “Eeh…ndak tahu Prul….he he…aku ngelamun Prul. Walau
pandanganku ke TV tapi aku tidak melihatnya dan tidak sadar. Aku melamunkan
bagaimana dzikir yang sudah kulakukan selama ini.”
Kemprul:
“He he…kondisimu barusan mirip tingkatan dzikir yang mana Prul?”
Semprul:
“Mungkin yang ketiga?! Atau keempat?!”
Kemprul:
“Gayamu…itu masih kedua Prul…he he…yuk pulang!”
Semprul
dan Kemprul meninggalkan pos Ronda. Bagi mereka berdua, Pos Ronda juga
merupakan tempat untuk diskusi dalam ikhtiar meningkatkan kualitas diri.
(Kalitirto,
01-06-19)
Kamis, 02 Mei 2019
Buku Sekolah Ramadhan: Aturan Dlahir Batin, dan Rahasia Hikmahnya
Buku ini disusun untuk mengingatkan kembali bahwa Ramadhan adalah Sekolah, yang perolehan-perolehan-nya hendaknya diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang yang mampu ber-Sekolah di Ramadhan sampai pada tingkat hikmah dan manfaatnya dlahir-batin Ramadhan tentu sangat bersemangat untuk melanjutkan nilai-nilai Ramadhan di bulan-bulan setelah-nya. Dan, tentu merindukan kedatangan Ramadhan berikutnya. Link Doawnload.
Jumat, 22 Februari 2019
Kimia Kebahagiaan
Terjemahan bahasa Melayu.
Daftar Isi:
[1.Pendahuluan, 1]
[ 2. Kunci Mengenal Alloh SWT, 2]
[3.Pembukaan Hati Ke Alam Ghaib, 8]
[4. Mengenal Alloh SWT, 14]
[5.Mengenal Dunia, 25]
[6. Mengenal Akhirat]
[7.Neraka Keruhanian, 38]
[8.Berkenaan Muzik & Tarian, 44]
[9.Memeriksa Diri Sendiri & Mengingat Alloh SWT, 53]
[10. Perkawinan, 65]
[11.Cinta kepada Alloh SWT, 76]
[12.Memandang Alloh SWT, 81]
[13.Tanda Cinta Alloh SWT, 89]
Download