Beberapa orang, teman-teman satu group seperondan
dengan Semprul, terburu-buru menemui Kemprul di rumahnya.
Teman Semprul: “Assalamu’alaikum…”
Kemprul yang di
belakang rumah sedang menyiangi rumput2 di kebun Sayur Organiknya mendengar
lamat2 salam dari depan rumahnya. Kemprul tersenyum sendiri, dan dengan lirih
ia berucap, “Alhamdulillah…, Allohu Ya Karim, terima kasih ya Allah yang Maha
Pemurah.” Kemprul kemudian berdiri menjawab
salam dari depan rumahnya:
Kemprul: “Wa’alaikumusalam
wr. wb.”
Dalam perjalanan menuju
depan rumah, Kemprul berkali-kali tersenyum, dan sesampai ia membuka pintu terlihat
senyumnya bertambah lebar, dan kemudian dengan membuka pintu ia kembali
menjawab:
Kemprul: “Wa’alaikumusalam
wr. wb...Alhamdulillah, njanur gunung (tidak seperti biasanya) kalian
pagi-2 sampai di sini?”
Teman Semprul: “Iya
kang…ini ada yang darurat kang…Semprul tadi hampir tertabrak motor di pinggir
portal kereta di utara desa.”
Kemprul: “Kalau hampir berarti
tidak tertabrak kan?!.”
Teman Semprul: “Iya
kang…tidak tertabrak, cuma sekarang dia di pinggir rel kereta sendirian…agak
jauh dari jalan…kadang duduk, tiduran…kelihatan dia sedang asyik. Lha, kami
khawatir dia kemasukan jin.”
Kemprul: “Insya Allah
tidak apa2…”
Belum sempurna Kemprul
menyelesaikan kalimatnya, dari belokan 50 meter dari rumah Kemprul terlihat
Semprul membelokkan sepeda motornya ke arah rumah Kemprul.
Kemprul: “Lha itu dia Semprul!
Alhamdulillah, nih Prul kamu dibicarakan teman2mu…pada khawatir kamu kemasukan
jin di pinggir rel kereta…he he”
Semprul: “Iya Prul,
tadi ada yang laur biasa di pinggir portal rel kereta, saat kereta lewat portal
tertutup, kan ada suara tit tut tit tut…lha aku merasakan hatiku ikut bersuara
Alloh, Alloh, Alloh…dan itu terus prul, sampai sudah selesai itu masih bersuara
dan aku menikmatinya, sampai lupa kalau aku di tengah jalan. Lha karena
penasaran aku ke pinggir rel yang agak sepi menunggu portal tertutup lagi…dan
bunyi itu…terdengar lagi…lalu aku mencoba mengikutinya…dan aku mencoba-coba dengan
gerakan tanganku, ataupun dengan naik turun nafasku. Asyik Prul, aku kebayang,
untuk mengingatkan kita agar berdzikir, tidak hanya memakai biji tasbih, tapi
bisa apapun, suara portal kereta, gerakan langkah kaki, tangan, nafas, dan
lain-lain. Lha..tadi aku mencari tempat di pinggir rel ingin mencari yang cocok
dengan tasbih apa aku bisa tetap berdzikir kepada Allah SWT. Karena sepertinya setiap orang mempunyai tasbih pengingat dzikir sendiri-sendiri.”
Teman Semprul: “Ooh…Kami
kira kamu kemasukan jin Prul! Eeh ternyata sedang belajar dzikir. Prul, kami
mau belajar dzikir juga…kami diajari dong!”
Semprul: “Walah…kok
minta ajar aku tho?! Lha yang ngajari aku Kemprul kok! Lha kita belajar saja bersama-sama
ke Kemprul.”
Kemprul: “Ya monggo…ayo
kita belajar bersama-sama…besok malam senin malam selasa jam 20.30 kita belajar
bersama-sama.”
Terdengar pengumuman
dari masjid, Innalilahi wa inna ilaihi rojiun….dst.
Kemprul: “Yuk kita
sekarang kita takziah bareng2.”
Dan mereka kemudian
bersama-sama pergi takziah di desa sebelah timur sungai.
(di Lereng Merapi, Kampus UII, 18 Juli 2019)
------------
Diskusi Semprul dan
Kemprul Sebelumnya:
1. Diskusi 1 bisa dilihat di https://almuslimuna.blogspot.com/2013/08/apakah-allah-swt-benar-benar-ada.html
2. Diskusi 2 bisa dilihat di https://almuslimuna.blogspot.com/2013/08/apakah-allah-swt-benar-benar-ada-wujud.html
3. Diskusi 3 bisa dilihat di https://almuslimuna.blogspot.com/2014/08/hidayah-membuat-semprul-tersungkur.html
5. Diskusi 5 bisa dilihat di https://almuslimuna.blogspot.com/2019/07/merasakan-kesadaran-diri-dengan-dzikir.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar