Kamis, 18 Juli 2019

TASBIHKU, TASBIHMU, TASBIH MEREKA, MUNGKIN BERBEDA


Beberapa orang, teman-teman satu group seperondan dengan Semprul, terburu-buru menemui Kemprul di rumahnya.

Teman Semprul: “Assalamu’alaikum…”

Kemprul yang di belakang rumah sedang menyiangi rumput2 di kebun Sayur Organiknya mendengar lamat2 salam dari depan rumahnya. Kemprul tersenyum sendiri, dan dengan lirih ia berucap, “Alhamdulillah…, Allohu Ya Karim, terima kasih ya Allah yang Maha Pemurah.”  Kemprul kemudian berdiri menjawab salam dari depan rumahnya:

Kemprul: “Wa’alaikumusalam wr. wb.”

Dalam perjalanan menuju depan rumah, Kemprul berkali-kali tersenyum, dan sesampai ia membuka pintu terlihat senyumnya bertambah lebar, dan kemudian dengan membuka pintu ia kembali menjawab:

Kemprul: “Wa’alaikumusalam wr. wb...Alhamdulillah, njanur gunung (tidak seperti biasanya) kalian pagi-2 sampai di sini?”

Teman Semprul: “Iya kang…ini ada yang darurat kang…Semprul tadi hampir tertabrak motor di pinggir portal kereta di utara desa.”

Kemprul: “Kalau hampir berarti tidak tertabrak kan?!.”

Teman Semprul: “Iya kang…tidak tertabrak, cuma sekarang dia di pinggir rel kereta sendirian…agak jauh dari jalan…kadang duduk, tiduran…kelihatan dia sedang asyik. Lha, kami khawatir dia kemasukan jin.”

Kemprul: “Insya Allah tidak apa2…”

Belum sempurna Kemprul menyelesaikan kalimatnya, dari belokan 50 meter dari rumah Kemprul terlihat Semprul membelokkan sepeda motornya ke arah rumah Kemprul.

Kemprul: “Lha itu dia Semprul! Alhamdulillah, nih Prul kamu dibicarakan teman2mu…pada khawatir kamu kemasukan jin di pinggir rel kereta…he he”

Semprul: “Iya Prul, tadi ada yang laur biasa di pinggir portal rel kereta, saat kereta lewat portal tertutup, kan ada suara tit tut tit tut…lha aku merasakan hatiku ikut bersuara Alloh, Alloh, Alloh…dan itu terus prul, sampai sudah selesai itu masih bersuara dan aku menikmatinya, sampai lupa kalau aku di tengah jalan. Lha karena penasaran aku ke pinggir rel yang agak sepi menunggu portal tertutup lagi…dan bunyi itu…terdengar lagi…lalu aku mencoba mengikutinya…dan aku mencoba-coba dengan gerakan tanganku, ataupun dengan naik turun nafasku. Asyik Prul, aku kebayang, untuk mengingatkan kita agar berdzikir, tidak hanya memakai biji tasbih, tapi bisa apapun, suara portal kereta, gerakan langkah kaki, tangan, nafas, dan lain-lain. Lha..tadi aku mencari tempat di pinggir rel ingin mencari yang cocok dengan tasbih apa aku bisa tetap berdzikir kepada Allah SWT. Karena sepertinya setiap orang mempunyai tasbih pengingat dzikir sendiri-sendiri.”

Teman Semprul: “Ooh…Kami kira kamu kemasukan jin Prul! Eeh ternyata sedang belajar dzikir. Prul, kami mau belajar dzikir juga…kami diajari dong!”

Semprul: “Walah…kok minta ajar aku tho?! Lha yang ngajari aku Kemprul kok! Lha kita belajar saja bersama-sama ke Kemprul.”

Kemprul: “Ya monggo…ayo kita belajar bersama-sama…besok malam senin malam selasa jam 20.30 kita belajar bersama-sama.”

Terdengar pengumuman dari masjid, Innalilahi wa inna ilaihi rojiun….dst.

Kemprul: “Yuk kita sekarang kita takziah bareng2.”

Dan mereka kemudian bersama-sama pergi takziah di desa sebelah timur sungai.

(di Lereng Merapi, Kampus UII, 18 Juli 2019)
------------

Diskusi Semprul dan Kemprul Sebelumnya:

0 comments:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More