Setelah perbincangan Kemprul dengan Semprul tentang Bukti Keberadaan
Allah SWT dan pengalaman Semprul tersungkur karena hidayah dari Allah SWT,
Semprul bertambah semangat belajar kepada Kemprul. Bahkan semangat Semprul
tersebut diwarnai seleret kerinduan dan seberkas rasa segannya terhadap
Kemprul.
Di saat perasaan percampuran antara semangat, rindu, dan segan tersebut
Semprul memberanikan diri mengajukan jadwal rutin belajar kepada Kemprul.
Semprul: “Prul, seandainya aku belajar lebih rutin kepadamu, kamu setuju
ndak?”
Kemprul: “Belajar apa Prul? Lha ngaji kamu sudah belajar tiap minggu di
pengajian rutin malam Rabu.”
Semprul: “Ini beda Prul. Ini ngaji yang kelanjutannya kemarin2 itu.”
Kemprul: “Lha bukannya, kita selama ini ngobrol2 saja…he he”
Mendengar jawaban Kemprul, Semprul kelihatan bingung, tengok kanan,
tengok kiri. Kelihatan ia tmbah bingung dan kemudian berkata:
Semprul: “Lha…entahlah ngobrol atau ngaji itu…gini saja Prul…apapun
namanya kita diskusi yang seperti kemarin tapi lebih rutin.”
Kemprul: “Wuih semangat kamu banget Prul, mungkin seperti semangatnya
biji kurma.”
Semprul: “Lha kok semangku seperti biji kurma, piye tho?!”
Kemprul: “Lha iya…Pohon Kurma di gurun itu Prul cara menanamnya dengan
cara ditanam di dalam tanah sedalam 2-3 meter, kemudian ditimbun dengan
bebatuan.”
Semprul: “Lha kok ditimbun dengan bebatuan.”
Kemprul: “Lha itu uniknya seperti semangamu.”
Semprul: “Ok lanjut-lanjut Prul!”
Kemprul: “Setelah ditimbun dengan bebatuan, biji kurma itu tidak
menumbuhkan tunas terlebih dahulu, namun ia menghujamkan akarnya terus ke dalam
tanah samapi menemukan sumber air yang cukup. Baru kemudian biji kurma itu akan
menumbuhkan tunas dan memecahkan bebatuan yang menimbunnya hingga tunas nya
tumbuh dan hidup berjuang tak kenal rasa takut akan hawa panas karena sudah
mempunyai modal yang kuat yaitu akar yang begitu panjang dan dalam hingga ke
sumber mata air di bawah gurun pasir.”
Semprul: “Oh…luar biasa!”
Kemprul: “Begitu juga Prul, orang yang menanam biji atau benih Lailaha
Illalloh Muhammadur Rasulullah dalam hatinya dipadu dengan pemahaman yang benar
maka keimanan akan tumbuh seperti pohon kurma.”
Semprul: “Maksudnya menanam benih Lailaha Illalloh Muhammadur Rasulullah
dalam hati dipadu dengan pemahaman yang benar itu seperti apa Prul?”
Kemprul: “Masak dari tadi tidak terasa Prul?”
Dibilang seperti itu, Semprul celingukan kemudian menarik nafas panjang,
terbayang diskusi dengan Kemprul tentang Bukti Keberadaan Allah, bertemu Lik
Qosim, Sujud Syukurnya di Musholla Al-Hidayah, kemudian terlihat mata Semprul
tergenang air mata. Kemudian sungguh mengejutkan, dadanya bergetar, jantungnya
berdegup kencang, kemudian ia setengah berteriak: “Laa Ilaha Illalloh,
Muhammadurrosulullah.” Kemudian ia terlihat menangis yang ditahan dan
terbata-bata bilang:
Semprul: “Terima kasih Prul…”
Kemprul: “Sama-sama Prul…malam hari ini adalah malam selasa, kita
rutinkan diskusi kita setiap hari Senin Malam Selasa setelah Isya’.”
Semprul hanya menganguk pelan sambal menikmati nada indah di
jantungnya...yang berbunyi “Laa Ilaha Illalloh, Muhammadurrosulullah”.
(Kalitirto, 10 Juli 2019)
Versi Youtube di link ini.
Diskusi Semprul dan
Kemprul Sebelumnya:
1. Diskusi 1 bisa dilihat di https://almuslimuna.blogspot.com/2013/08/apakah-allah-swt-benar-benar-ada.html
2. Diskusi 2 bisa dilihat di https://almuslimuna.blogspot.com/2013/08/apakah-allah-swt-benar-benar-ada-wujud.html
3. Diskusi 3 bisa dilihat di https://almuslimuna.blogspot.com/2014/08/hidayah-membuat-semprul-tersungkur.html
0 comments:
Posting Komentar