Rabu, 15 Juli 2020

Kisah Para Pecinta








Kisah Ketabahan Berdasarkan Pengenalan Mendalam dan Cinta

Berdzikirlah sampai engkau dikatakan majnun (gila)

Rasulullah SAW bersabda: "Perbanyaklah berdzikir kepada Allah SWT sampai engkau dikatakan majnun (gila)." (Dalam kitab Syarh al-Hikam oleh Syaikh Ibnu Abbad hikmah Jangan engkau tinggalkan dzikir...)

Video di https://youtu.be/NH_gdJi5XXc

Bersabar dan Bersyukur sesuai Tuntutan Zaman

Tanya Jawab Tentang Syukur dan Sabar Sesuai Tuntutan Zaman. Keadaan yang kita alami adalah rengkuhan kasih sayang Allah SWT. Di Majelis Dzikir dan Taklim Ya Badi, 10 Desember 2019.

Video

Senin, 20 April 2020

Orang Indonesia Tak Pernah Kalah dengan Corona

(Tulisan ini telah dipublikasikan oleh jatimtimes.com


Pembaca mungkin ada yang langsung meyangka bahwa tulisan ini akan berisi pembelaan dan dukungan membabi buta untuk pemerintah. Bukan, tulisan ini bukan untuk membela pihak pemerintah maupun oposisi yang mengkritisi kebijakan pemerintah dalam melawan Corona. Tulisan ini adalah membela dan mendukung semua orang Indonesia dalam melawan Corona.

Mengapa orang Indonesia tak pernah kalah dengan Corona, padahal kenyataannya harus tinggal di rumah, bekerja dari rumah, sholat Jumat dan kegiatan sosial masyarakat lainnya tak bisa terselenggara? Jawabannya, karena orang Indonesia mempunyai sila Pertama Pancasila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa.

Dalam perspektif muslim Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT, tidak terbatasi ruang dan waktu bagi hamba untuk menyembahNya dan menyampaikan curhat dan doa kepadaNya. Allah SWT juga memberikan rumusan sikap dan tindak yang sangat jelas bagi hambanya dalam menghadapi Corona atau wabah lainnya, sebagaiman dalam Al-Qur’an yang diwahyukan-Nya kepada Rasululah Muhammad SAW.

Tentang wabah atau Corona saat ini, dalam 2 ayat 155-156 Allah SWT berfirman: “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepada kalian dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan.” Bukankah firman ini sangat tepat, banyak orang ketakutan, mulai khawatir kelaparan, berkurang harta, atau terjadi kematian dirinya atau orang-orang yang dicintainya. Allah SWT memberikan kabar melalui Nabi Muhammad SAW: “Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Inna lillahi wainna ilaihi raji'un."

Inna lillahi wainna ilaihi raji'un  berartu “Sesungguhnya Kami adalah milik Allah dan kepada Allah SWT kita akan kembali.” Kalimat ini juga disebut kalimat istirja’ ini. Kalimat ini adalah fiman Allah SWT Sang Maha Penguasa alam semesta, termasuk kita dan Corona. Kalimat ini sudah jelas dan gamblang dalam menghadapi Corona ini. Sabar!!!

Kalimat istirja’ ini adalah rumusan sikap dan perilaku bukan hanya ucapan lisan belaka. Kalau hanya rumusan lisan belaka, maka sikap tidak akan menunjukkan ketenangan dan dan pasti kalah dengan Corona. Kalau hanya rumusan lisan belaka, dijamin pasti rekaman kalimat ini akan lebih konsisten dalam menyuarakannya, bisa setiap saat dan setiap waktu rekaman diputar selama apapun akan mengucap inna lillahi wa inna ilaihi roji’un.

Rumusan sikap kalimat istirja’ ini adalah mengajak kita mengakui kita ini milik Allah SWT. Badan kita, jiwa kita, ruh hidup kita adalah milik Allah SWT. Kalau keyakinan bahwa kita adalah milik Allah, maka kita tidak berwenang menggunakannya kecuali atas perintah dan perkenannya. Kalau diri ini yang milik Allah SWT kita gunakan keluar dari aturannya, maka kita seperti kuli atau pegawai yang tidak mengerjakan kewajiban kerjanya, padahal sudah digaji atas waktu, tenaga, dan pikiran di jam tersebut. Sama saja seperti orang korupsi dan pencuri.

Bersabar adalah rumusan sikap yang jelas menghadapi musibah Corona ini. Bersabarlah ini adalah ujian dan cobaan bagi kesabaran manusia yang berKetuhanan Yang Maha Esa. Bersabar bukan berarti menyerah dan tidak melakukan apa-apa. Bersabar model seperti itu adalah bersabar bukan seperti yang diperintahkan Allah SWT. Bersabar yang benar-benar atas perintah Allah SWT adalah berarti berikhtiar dan bersikap optimis. Perintah berikhtiar ini juga sangat gamblang di di dalam Firman Allah SWT adalam Al-Qur’an surat 13 ayat 11: “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”

Ikhtiar atau usaha adalah kesadaran akan perintah Allah SWT untuk mengerahkan tenaga, pikiran, harta, dan waktu untuk mengubah keadaan dalam melawan wabah. Di antara ikhtiar ini adalah menaati peraturan tidak keluar rumah kecuali hal yang penting, pakai masker, tidak mudik dan lain sebagainya. Ikhtiar ini memerlukan kerelaan hati dan pengekangan terhadap keinginan bersenang-senang sak karepe dewe. Yang paling penting dalam ikhtiar ini adalah kesadaran bahwa pengerahan kemampuan yang ada pada diri adalah atas perintah Allah SWT sehingga keberhasilan ataupun ketidakberhasilan adalah kesuksesan karena sudah mengerjakan perintah dari Pemilik Diri kita.

Kesabaran dan ikhtiar di atas tanpa disertai rasa optimis (husnudzon) akan mengganggu kedua sikap tersebut. Keteguhan dalam kesabaran dan keuletan usaha adalah karena adanya tujuan di depan yang akan dianugerahkan oleh Allah SWT. Bukankah sudah sangat jelas di Firmannya: “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepada kalian…” adalah sebuah kalimat yang pasti akan tiba saatnya cobaan itu ditentukan dengan kelulusan atau tidak lulus. Rasa optimisme bahwa kemenangan melawan Corona harus menjadi gelegak jiwa. Rasa optimisme ini merupakan perintah yang sangat jelas dari Sang Maha Pemilik diri sebagaimana dalam QS. 15 ayat 56: “Dan janganlah kalian berputus asa dari kasih-sayang Allah SWT.”

Dalam diagram Sikap Mukmin di bawah secara jelas alur bagaimana menyikapi Corona atau Musibah. Pada grade yang ditunjukkan setiap orang mukmin Yang Bertuhan Yang Maha Esa (Allah SWT) mempunyai pilihan untuk bergerak ke grade yang pada umumnya atau grade seharusnya. Grade yang seharusnya mempunyai tanda dalam diri adalah: (1) husnudzon, yaitu berbaik sangka atas cobaan yang diberikan Allah SWT; (2) adil, yaitu tidak menuruti keinginan untuk melenceng dari aturan Allah SWT; (3) tabah, yaitu kesabaran keuletan; (4) bersyukur, atas kesempatan untuk menang melawan Corona; (5) khusyu’ yaitu kesadaran atas selalu mejadi hamba Allah SWT.

Diagram dapat dilihat di https://s.id/diagramsikapmukmin)

Teguh dalam kesabaran, keuletan dalam ikhtiar, dan rasa optimisme menghadapi Corona adalah kemenangan itu sendiri. Tidak harus menunggu sampai bulan Juni ataupun akhir tahun 2020 untuk menang melawan Corona. Corona sudah kalah saat kesabaran, ikhtiar, dan optimisme menjadi bagian dari Orang Indonesia, karena Orang Indonesia mempunyai Tuhan Yang Maha Esa.

Wallohu A’lam. 
---
Lukman Ahmad Irfan, S.Ag, M.Pd
Dosen Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI)
Jurusan Studi Islam, Fakultas Ilmu Agama Islam, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. 

Sabtu, 04 April 2020

CORONA

Di sela-sela menjalani kebijakan pemerintah untuk social disntancing, Semprul dan Kemprul sempat bertemu di kebun dekat sungai di selatan kampung batas desa. Mereka berdua mempunyai kegemaran yang sama, mancing ikan di sungai.
Semprul: “Kondisi saat ini kadang membingungkan ya Prul?!”
Kemprul hanya menoleh dan tersenyum mendengar, dan kemudian tetap memandang ke air di sungai yang kelihatan lebih bening daripada sebelum kasus Corona. Semprul mengikuti tatapan Kemprul ke air yang mengalir pelan menunjukkan dalamnya sungai tersebut.
Semprul: “Aku tidak hendak membahas tentang air yang menjadi lebih bersih setelah Corona Prul, tapi banyaknya macam doa yang diberikan para ulama dan makanan-makanan penangkal Corona Prul!”
Kemprul kelihatan mengangkat kepalanya sedikit ke atas dan kemudian menarik nafas panjang mendengar ‘tema’ yang akan dibicarakan. Kemprul kemudian mengarahkan pandangannya jauh ke aliran sungai menuju muara, yang pasti di laut selatan Pulau Jawa.
Semprul: “Ada yang menyarankan doa dengan sholawat, ada yang berwasilah kepada keluarga Rasulullah SAW, ada yang Asmaul Husna. Kalau makanan ‘penangkal Corona’ ada pisang, bawang, rempah2, kurma, sumac yang diberitakan adalah saran Rasulullah SAW melalui mimpi seorang ulama di Timur Tengah”.
Kemprul: “He he…aku kok melihat kamu walaupun bercerita hiruk pikuk itu…tapi dengan tenang kenapa?”
Semprul kaget mendengar tanggapan Kemprul, memang ia merasakan walaupun hiruk pikuk tentang doa dan makanan penangkal Corona di media sosial seribut itu tapi tetap ia tidak terbawa arus itu. Ia sendiri baru paham bahwa ia tidak terbawa hiruk pikuk tenang Corona ini.
Sesaat kemudian ia menundukkan mukanya dengan dalam dan kemudian dengan lirih mengucap, “Alhamdulillah” kelihatan matanya mengembun.
Semprul: “Iya iya Prul, matur nuwun sudah membantu ‘merumuskan’ apa yang aku rasakan!”
Semprul merasakan, perlahan rumusan ‘itu’ menjadi semakin nyata di dalam batinnya dan menjadikannya lebih mendalam rasa tenangnya. Dan kemudian ia terbawa rasa nyaman itu sehingga lupa terhadap pancing, sungai, Kemprul, dan juga Corona.
(Kalitirto, 04-04-2020)
Kisah lainnya:
1. https://almuslimuna.blogspot.com/2019/07/ilmu-syahadat.html
2. http://almuslimuna.blogspot.com/…/apakah-allah-swt-benar-be…
3. http://almuslimuna.blogspot.com/…/apakah-allah-swt-benar-be…
4. http://almuslimuna.blogspot.com/…/hidayah-membuat-semprul-t…
5. https://almuslimuna.blogspot.com/…/…/menamam-benih-iman.html
6. http://almuslimuna.blogspot.com/2018/09/ikhlas.html?m=1
7. http://almuslimuna.blogspot.com/2018/…/ikhlas-ruh-amal.html…
8. http://almuslimuna.blogspot.com/…/ikhlas-dan-mengnolkan-ego…
9. http://almuslimuna.blogspot.com/…/mengenalnya-sungguh-memba…
10. http://almuslimuna.blogspot.com/…/tak-usah-gelisah-berlabuh…
11. http://almuslimuna.blogspot.com/…/tafakkur-instrumen-mengno…
12. http://almuslimuna.blogspot.com/…/lulus-ujian-dengan-kembal…
13. http://almuslimuna.blogspot.com/…/dakwah-tahaddust-atau-pam…
14. https://almuslimuna.blogspot.com/…/khusyu-dengan-allohu-akb…
15. http://almuslimuna.blogspot.com/…/semprul-dan-kemprul-siap-…
16. https://almuslimuna.blogspot.com/…/kemprul-dan-semprul-ngob…
17. https://lukmanairfan.wordpress.com/…/pantas-diri-bukan-pent…
18. https://almuslimuna.blogspot.com/…/merasakan-kesadaran-diri…
19. https://almuslimuna.blogspot.com/…/tasbihku-tasbihmu-tasbih…
20. https://almuslimuna.blogspot.com/…/keharmonisan-alam-dan-ke…
21. https://almuslimuna.blogspot.com/…/diri-berdoa-lisan-berdoa…
Saran dan komentar terhadap cerita di atas silahkan masuk ke link berikut:
https://forms.gle/7ydAHp4ouNPrTgNz7

Senin, 30 Maret 2020

KHUSYU' DENGAN ALLOHU AKBAR

Sesaat setelah jam 01:00 berdentang. Semua anggota group ronda kampung beringsut pulang, kecuali Semprul dan Kemprul. Mereka berdua masih duduk berdua di pojokan pos ronda.

Semprul: "Prul, kamu ingat khotib jumat siang tadi berkhutbah bahwa sholat khusyu' dapat diperoleh dengan ikhtiar memahami bacaan dan gerakan sholat?"

Kemprul: "Masih ingat Prul."

Semprul: "Lha terus?"

Kemprul: "Terus piye?! Ha ha...maksudmu dijelaskan contohnya?"

Semprul: "Iya jelaskan contohnya...ha ha, masak jelaskan minum kopinya."
Sambil senyum2 Semprul menyeruput kopi di depannya...dan kemudian menegakkan badannya untuk serius mendengarkan.

Kemprul: "Contohnya bacaan Allohu Akbar yg kalau saat kita membacanya dengan pemahaman bahwa:
1. Alloh Maha Besar sebagai satu2nya tujuan hidup dan segala aktivitasnya.
2. Alloh Maha Besar yg satu2nya bisa menolong.
3. Alloh Maha Besar yang Maha Agung yg hanya satu2nya sesembahan.
4. Alloh Maha Besar kekuasaannya yg menguasai sekecil apapun komponen diri.
5. Alloh Maha Besar yg Mengawasi bahkan gerak gerik hati dan rasa.
Setiap baca Allohu Akbar engkau memahami, menyadari, dan mungkin menyaksikan ke-Allohu Akbar-an di atas, maka anugerah khusyu insya Alloh dihadiahkan kepadamu. Gimana Prul...masuk akal kan?"

Semprul: "Ya ya ya...ayo pulang!"

Kemprul: "Kok buru2 Prul?"

Semprul: "Mau segera praktik Prul. Kalau tdk segera, nanti lupa. Bacaan lainnya kamu jelaskan kapan2 saja."

Kemprul: "Ya ayo."

Mereka berdua kemudian bangkit dari duduk...dan meninggalkan pos ronda...seiring dengan sahut2an ayan jantan berkokok. Semprul berjalan dengan semangat ingin segera praktik Allohu Akbar.

(Kalitirto, 7 Februari 2019)

Kamis, 20 Februari 2020

DIRI BERDOA # LISAN BERDOA

Saat itu Semprul dan Kemprul berjalan pulang habid menghadiri undangan Tasyakuran tetangga mereka yang akan berangkat Umroh. Mereka berjalan agak hati-hati karena masih tersisa beberapa genangan air sisa hujan. Semprul pada saat itu bertanya kepada Kemprul:

Semprul: “Prul, seringkali kamu mengatakan kalau berdoa itu sungguh-sungguh. Lha aku sudah bersungguh-sungguh berdoa agar bisa mendaftar haji…”

Kemprul: “Aku tahu makudmu Prul…kita berhenti dulu di rumahku.”

Saat sudah duduk berdua di teras rumah, Kemprul menjelaskan:

“Saat seseorang SUNGGUH-SUNGGUH BERDOA kepada Allah SWT, maka KESELURUHAN DIRINYA ia kerahkan, bukan hanya lisannya saja, atau pikirannya saja, atau hati dan perasaannya saja, atau ikhtiarnya saja, namun ya LISANNYA, PIKIRANNYA, PERASAANNYA, HATINYA, IKHTIAR GERAKAN LAHIRNYA. Begitu juga saat seseorang MENDIRIKAN SHOLAT, maka yang dimaksud adalah KESELURUHAN DIRINYA: LISANNYA, PIKIRANNYA, PERASAANNYA, HATINYA, IKHTIAR GERAKAN LAHIRNYA.

Kan, saat seseorang berdoa atau sholat yang disebut adalah DIA BERDOA atau DIA SHOLAT, bukan disebut LISAN DIA BERDOA atau TUBUHNYA SHOLAT. Dan Sebutan DIA itu adalah melibatkan seluruh aspek yang ada dalam dirinya, BUKAN hanya salah satu aspek yang ada pada dirinya.

Dengan memakai kacamata penjelasan di atas, memaknai Firman Allah SWT: "Dan Tuhanmu berfirman: 'Berdoalah kalian kepada-Ku, niscaya akan Kukabulkan bagi kalian'." (QS Ghâfir: 60), akan tampak apakah SUDAH betul-betul BERDOA-kah atau BELUM, jangan2 baru LISAN SAJA yang berdoa. Begitu juga SHOLAT, jangan2 baru lahir saja.

Sekarang aku tanya kepadamu Prul...apakah kira-kira selama ini kamu sudah berdoa dan sholat sungguh-sungguh?”

Semprul: “Ya…ya…lagi belajarlah! He he…”

Kemprul: “Sama Prul…kita lagi sama-sama belajar…He he”

(Kalitirto, 20 Februari 2020)

KEHARMONISAN ALAM DAN KETAATAN MANUSIA

Di satu malam, Semprul bertahan tidak segera beranjak pergi dari majelis pengajian. Ia ingin bertanya kepada Kemprul tentang tasbihnya alam semesta.

Semprul: "Prul, tasbihnya alam semesta itu seperti apa tho?!"

Kemprul: "Lho...kok dalam pertanyaamu Prul...sedikit penjelasan secara logisnya begini Prul."

Tasbih itu adalah ungkapan atas kekaguman dan ketundukan yang mendalam. Yang dikerjakan alam semesta dari waktu ke waktu ya itu ketundukannya atas fungsi untuk apa mereka diciptakan.

Contohnya tubuh kita, organ2 tubuh manusia bergerak sesuai prosedur sistematis dan saling mempengaruhi antar satu dengan lainnya dengan ukuran yang proporsional. Begitu juga alam semesta di luar manusia, semua tunduk atas ketentuan Sang Maha Pencipta sesuai fitrah penciptaannya.

Matahari secara sistematis berputar sesuai orbit yang ditentukan. Sinarnya sampai ke bumi dengan ukuran yg proporsional seimbang mempengaruhi dan dipengaruhi lainnya. Sampai saat yg ditentukan keseimbangan itu selalu terjaga dengan ketundukan total (ibadah) alam semesta kepada Sang Maha Pencipta.

Hal potensial yang merusak adalah keluar dari orbit yang ditentukan dan ketidakseimbangan pengaruh antar satu unsur dan lainnya. Keduanya hanya dimiliki oleh jin dan manusia. Oleh karenanya dua makhluk ini diperintah tunduk beribadah bersama-sama alam semesta lainnya.

Salah satu wujud peringatan agar manusia tunduk tdk keluar orbit adalah beribadah shalat. Setiap rekaat sholat mempunyai 360 derajat seperti putaran orbit penuh: berdiri dan duduk adalah posisi 0 derajat; posisi ruku’  90 derajat; posisi sujud pertama 135 derajat; dan posisi sujud kedua 135 derajat. Sehingga untuk setiap rekaat = 90 derajat + 135 + 135 derajat = 360 derajat.

Mengenai keseimbangan atau keadaan harmonis yang dihasilkan dari alam semesta adalah saling keterkaitan memberikan pengaruh secara proposional. Hal ini diserukan kepada manusia dengan amal sholih yang berarti terhindar dari kerusakan atau keburukan. Dari point inilah disebutkan sholat itu mencegah kekejian dan kemungkaran.

"Kok...geleng2 Prul...tdk setujukah?"

Semprul: "Eh...aku geleng2 kah?! He he... bukan karena tidak setuju Prul...lagi ingat katamu tadi itu...kok pertanyaannya mendalam...aku menghubungkannya dengan tasbih dalam sujud itu kan ekspresi sesungguhnya tunduk...aku langsung paham hubungannya...begitu Prul!"

(Kalitirto, 19 Februari 2020)

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More