Kamis, 20 Februari 2020

DIRI BERDOA # LISAN BERDOA

Saat itu Semprul dan Kemprul berjalan pulang habid menghadiri undangan Tasyakuran tetangga mereka yang akan berangkat Umroh. Mereka berjalan agak hati-hati karena masih tersisa beberapa genangan air sisa hujan. Semprul pada saat itu bertanya kepada Kemprul:

Semprul: “Prul, seringkali kamu mengatakan kalau berdoa itu sungguh-sungguh. Lha aku sudah bersungguh-sungguh berdoa agar bisa mendaftar haji…”

Kemprul: “Aku tahu makudmu Prul…kita berhenti dulu di rumahku.”

Saat sudah duduk berdua di teras rumah, Kemprul menjelaskan:

“Saat seseorang SUNGGUH-SUNGGUH BERDOA kepada Allah SWT, maka KESELURUHAN DIRINYA ia kerahkan, bukan hanya lisannya saja, atau pikirannya saja, atau hati dan perasaannya saja, atau ikhtiarnya saja, namun ya LISANNYA, PIKIRANNYA, PERASAANNYA, HATINYA, IKHTIAR GERAKAN LAHIRNYA. Begitu juga saat seseorang MENDIRIKAN SHOLAT, maka yang dimaksud adalah KESELURUHAN DIRINYA: LISANNYA, PIKIRANNYA, PERASAANNYA, HATINYA, IKHTIAR GERAKAN LAHIRNYA.

Kan, saat seseorang berdoa atau sholat yang disebut adalah DIA BERDOA atau DIA SHOLAT, bukan disebut LISAN DIA BERDOA atau TUBUHNYA SHOLAT. Dan Sebutan DIA itu adalah melibatkan seluruh aspek yang ada dalam dirinya, BUKAN hanya salah satu aspek yang ada pada dirinya.

Dengan memakai kacamata penjelasan di atas, memaknai Firman Allah SWT: "Dan Tuhanmu berfirman: 'Berdoalah kalian kepada-Ku, niscaya akan Kukabulkan bagi kalian'." (QS Ghâfir: 60), akan tampak apakah SUDAH betul-betul BERDOA-kah atau BELUM, jangan2 baru LISAN SAJA yang berdoa. Begitu juga SHOLAT, jangan2 baru lahir saja.

Sekarang aku tanya kepadamu Prul...apakah kira-kira selama ini kamu sudah berdoa dan sholat sungguh-sungguh?”

Semprul: “Ya…ya…lagi belajarlah! He he…”

Kemprul: “Sama Prul…kita lagi sama-sama belajar…He he”

(Kalitirto, 20 Februari 2020)

KEHARMONISAN ALAM DAN KETAATAN MANUSIA

Di satu malam, Semprul bertahan tidak segera beranjak pergi dari majelis pengajian. Ia ingin bertanya kepada Kemprul tentang tasbihnya alam semesta.

Semprul: "Prul, tasbihnya alam semesta itu seperti apa tho?!"

Kemprul: "Lho...kok dalam pertanyaamu Prul...sedikit penjelasan secara logisnya begini Prul."

Tasbih itu adalah ungkapan atas kekaguman dan ketundukan yang mendalam. Yang dikerjakan alam semesta dari waktu ke waktu ya itu ketundukannya atas fungsi untuk apa mereka diciptakan.

Contohnya tubuh kita, organ2 tubuh manusia bergerak sesuai prosedur sistematis dan saling mempengaruhi antar satu dengan lainnya dengan ukuran yang proporsional. Begitu juga alam semesta di luar manusia, semua tunduk atas ketentuan Sang Maha Pencipta sesuai fitrah penciptaannya.

Matahari secara sistematis berputar sesuai orbit yang ditentukan. Sinarnya sampai ke bumi dengan ukuran yg proporsional seimbang mempengaruhi dan dipengaruhi lainnya. Sampai saat yg ditentukan keseimbangan itu selalu terjaga dengan ketundukan total (ibadah) alam semesta kepada Sang Maha Pencipta.

Hal potensial yang merusak adalah keluar dari orbit yang ditentukan dan ketidakseimbangan pengaruh antar satu unsur dan lainnya. Keduanya hanya dimiliki oleh jin dan manusia. Oleh karenanya dua makhluk ini diperintah tunduk beribadah bersama-sama alam semesta lainnya.

Salah satu wujud peringatan agar manusia tunduk tdk keluar orbit adalah beribadah shalat. Setiap rekaat sholat mempunyai 360 derajat seperti putaran orbit penuh: berdiri dan duduk adalah posisi 0 derajat; posisi ruku’  90 derajat; posisi sujud pertama 135 derajat; dan posisi sujud kedua 135 derajat. Sehingga untuk setiap rekaat = 90 derajat + 135 + 135 derajat = 360 derajat.

Mengenai keseimbangan atau keadaan harmonis yang dihasilkan dari alam semesta adalah saling keterkaitan memberikan pengaruh secara proposional. Hal ini diserukan kepada manusia dengan amal sholih yang berarti terhindar dari kerusakan atau keburukan. Dari point inilah disebutkan sholat itu mencegah kekejian dan kemungkaran.

"Kok...geleng2 Prul...tdk setujukah?"

Semprul: "Eh...aku geleng2 kah?! He he... bukan karena tidak setuju Prul...lagi ingat katamu tadi itu...kok pertanyaannya mendalam...aku menghubungkannya dengan tasbih dalam sujud itu kan ekspresi sesungguhnya tunduk...aku langsung paham hubungannya...begitu Prul!"

(Kalitirto, 19 Februari 2020)

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More