Rabu, 07 September 2022

PENELITIAN PAI MENDEWASAKAN MANUSIA DAN PERADABAN

NARASI DALAM VIDEO 

Sejarah Ilmu Pengetahuan dan Peran PAI dalam Peradaban

Ilmu pengetahuan manusia dianugerahkan Alloh swt kepada manusia ketika Alloh swt mengajarkan ilmu pengetahuan kepada Nabi Adam alahissalam.

Sebagaimana tersebut dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 31, yang artinya, “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!"

Kata Ilmu, sains, atau ilmu pengetahuan (dalam bahasa Inggris: science; dalam bahasa Arab Al-‘ilm) memiliki pengertian “usaha-usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia”.

Ilmu adalah pengetahuan, pengetahuan yang berasaskan kenyataan dan telah disusun dengan baik. Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkumi sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu atau disebut ilmiah.

Pengertian secara ilmiah yang paling sering digunakan, ilmu adalah kumpulan pengetahuan sistematis yang merupakan produk dari aktivitas penelitian dengan metode ilmiah. Pengetahuan merupakan akuisisi terendah yang diperoleh dari rangkaian pengalaman tanpa melalui kegiatan penelitian yang lebih intensif.

Perkembangan pesat sains dan pengetahuan ilmiah, termasuk ilmu alam dan ilmu sosial dimulai dari abad ke-18 sampai akhir abad ke-20.

Ilmu Pengetahuan dan Sains Dalam dunia Islam

Ilmuwan Muslim menekankan jauh lebih besar pada eksperimen daripada orang-orang Yunani. Hal ini menyebabkan metode ilmiah awal berkembang di dunia Muslim, di mana kemajuan yang signifikan dalam metodologi terjadi, dimulai dengan percobaan dari Ibn al-Haytham pada optik dari sekitar tahun 1000, dalam bukunya Book of Optics. Hukum pembiasan cahaya dikenal oleh orang-orang Persia.

Perkembangan yang paling penting dari metode ilmiah adalah penggunaan eksperimen untuk membedakan antara kumpulan teori-teori ilmiah yang bersaing di antara orientasi empiris secara umum, yang dimulai oleh para ilmuwan Muslim. Ibn al-Haytham juga dianggap sebagai bapak optik, terutama untuk bukti empirisnya tentang teori intromission cahaya. Beberapa juga menggambarkan Ibn al-Haytham sebagai "ilmuwan pertama" untuk pengembangannya terhadap metode ilmiah modern.

Dalam matematika, matematikawan Persia Muhammad ibn Musa al-Khwarizmi memberikan namanya pada konsep algoritme, sedangkan istilah aljabar berasal dari al-jabr, judul awal dari salah satu publikasinya. Apa yang sekarang dikenal sebagai angka Arab aslinya berasal dari India, tetapi ahli matematika Muslim memang membuat beberapa perbaikan pada sistem angka, seperti pengenalan notasi titik desimal. Matematikawan Sabian, Al-Battani (850-929), memberikan kontribusi untuk astronomi dan matematika, sedangkan pelajar Persia, Al-Razi, memberikan kontribusi untuk kimia dan obat-obatan.

Dalam astronomi, Al-Battani memperbaiki pengukuran dari Hipparchus, disimpan dalam terjemahan Ptolemy Hè Megalè Syntaxis (Risalah Terbaik ) diterjemahkan sebagai Almagest . Al-Battani juga memperbaiki ketepatan pengukuran presesi sumbu bumi.

Perbaikan yang dilakukan terhadap model geosentris oleh al-Battani, Ibnu al-Haytham, Averroes dan astronom Maragha seperti Nashiruddin ath-Thusi, Mo'ayyeduddin Urdi dan Ibn al-Shatir mirip dengan model heliosentris Copernicus.

Teori heliosentris mungkin juga telah dibahas oleh beberapa astronom Muslim lainnya seperti Ja'far bin Muhammad Abu Ma'shar al-Balkhi,  Abu-Rayhan Biruni, Abu Said al-Sijzi, Quthb al-Din al- Shirazi, dan Najm al-Din al-Qazwini al-Kātibī.

Para alkimia dan ahli kimia Muslim memainkan peran penting dalam dasar kimia modern. Cendekiawan seperti Will Durant dan Fielding H. Garrison menganggap kimiawan Muslim sebagai pendiri kimia. Secara khusus, Jabir bin Hayyan adalah "dianggap oleh banyak orang sebagai bapak kimia". Karya-karya ilmuwan Arab mempengaruhi Roger Bacon (yang memperkenalkan metode empiris ke Eropa, sangat dipengaruhi oleh bacaannya dari penulis-penulsi Persia), dan kemudian Isaac Newton.

Ibnu sina atau Avicenna dianggap sebagai ilmuwan dan filsuf paling berpengaruh dalam Islam. Ia memelopori ilmu kedokteran eksperimental dan adalah dokter pertama yang melakukan uji klinis. Dua karyanya yang paling menonjol dalam kedokteran adalah Kitāb al-shifāʾ ("Buku Penyembuhan") dan The Canon of Medicine, yang keduanya digunakan sebagai standar teks pengobatan dalam dunia Muslim dan di Eropa hingga abad ke-17. Di antara banyak kontribusinya adalah penemuan sifat menular dari penyakit menular,  dan pengenalan farmakologi klinis.

Beberapa ilmuwan terkenal lain dari dunia Islam termasuk al-Farabi (polymath), Abu al-Qasim al-Zahrawi (pelopor bedah), Abū Rayhān al-Bīrūnī (pelopor Indologi, geodesi dan antropologi ),  Nasīr al-Dīn al-Tūsī (polymath), dan Ibnu Khaldun (pendahulu dari Ilmu sosial seperti demografi, sejarah budaya, historiografi filsafat sejarah dan sosiologi), di antara banyak lainnya.

Sains Islam mulai menurun pada abad ke-12 atau ke-13, dalam hubungannya dengan Renaissance di Eropa, dan sebagian karena Penaklukan Mongol pada abad ke-11 sampai ke-13, di mana perpustakaan, observatorium, rumah sakit dan universitas dihancurkan. Akhir zaman keemasan Islam ditandai dengan penghancuran pusat intelektual Baghdad, ibu kota Khalifah Abbasiyah pada tahun 1258.

Urgensi Ilmu Pengetahuan Ilmiah

Dalam era modern dan era masyarakat industri seperti sekarang ini, peranan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang didukung oleh kemampuan akal, dalam memajukan segala aspek kehidupan manusia sangat dominan sekali. Dan peranan orang berilmu dimana-mana kita saksikan menonjol sekali dalam membangun dan memajukan masyarakatnya, agamanya, dan bangsanya.

Selanjutnya, dengan ilmu pengetahuan pula manusia yang diciptakan Alloh swt sebagai khalifah di muka bumi ini mampu membuka tabir tanda-tanda zaman dan mampu memanfaatkan serta mengolah segala apa yang ada di bumi ini bagi kemakmuran dan kesejahteraan bersama.

Dan dengan ilmu pengetahuan pulalah manusia dapat membuat sesuatu sulit menjadi mudah. Misalnya, kalau zaman dahulu kaum muslimin Indonesia yang pergi menunaikan ibadah haji memerlukan waktu yang berminggu-minggu bahkan berbilang bulan, tapi sekarang dengan ditemukannya pesawat udara, para calon haji bisa sampai ke tanah Arab hanya beberapa jam saja.

Untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allohpun dan juga beribadah kepadaNya serta bermuamalah kepada sesama makhluknyapun kita perlu berilmu. Bagaimana seorang muslim dapat melaksanakan ibadah haji, misalnya, kalau dia tidak mempunyai ilmu, atau paling tidak tahu tata cara menunaikan ibadah haji?

Berapa banyak kita menyaksikan kaum yang lemah yang tidak bisa mengubah nasibnya karena tidak berilmu? Di sinilah letak perbedaan.

Dalam Al-Qur’an Alloh swt berfirman yang artinya:

Katakanlah, adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui (QS Az-Zumar: 9).

Pendidikan agama Islam yang bertujuan untuk mengembangkan pribadi-pribadi yang bertakwa sangat berkepentingan dalam mengembagkan ilmu pengetahun yang mendukung tercapainya tujuan tersebut.

Diperlukan penelitian-penelitian untuk menfasilitasi tercapainya tujuan pendidikan agama Islam tersebut. Hal ini mengingat perkembangan ilmu pengetahuan yang menghasilkan peradaban seringkali menghasilkan peradaban-peradaban yang menyimpang dan berpotensi menghancurkan budaya dari peradaban atau bangsa.

Pemikiran-pemikiran mainstream juga dapat berujung pada musnahnya peradaban, hal ini memerlukan adanya pengelolaan yang baik terhadap budaya bangsa dan menjadi paradoks bahwa suatu bangsa memiliki budaya yang kaya di masa lalu tetapi kemudian peradaban bisa hancur karena adanya budaya-budaya atau nilai-nilai yang dibawa oleh budaya atau peradaban menyimpang.

Urgensi Pendidikan Agama Islam

Oleh karenanya Pendidikan agama Islam adalah pendorong perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin mendekatkan manusia pada Alloh swt dan sekaligus membentengi umat muslim dari terjerumus dalam ilmu pengetahuan yang salah arah dan berpotensi menghancurkan fitrah kemanusiaan dan menghancurkan peradaban.

Pendidikan Agama Islam sangat penting mengarahkan manusia dalam perkembangan disruptif ilmu pengetahuan ilmiah agar tidak menghancurkan dirinya sendiri, baik secara lahir maupun batin. Pendidikan Agama Islam berperan mendewasakan manusia agar peradaban semakin dewasa.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More