اَلْـحَمْدُ لِلَّهِ
Argumentasi logis menunjukkan
kebenaran hal ini, dengan dalil-dalil sebagaimana berikut:
1. Kalau Allah swt tidak menciptakan sesuatu
yang menarik hati bagi orang dermawan untuk memberi sedekah atau manfaat bagi
orang lain, maka tidaklah orang dermawan tersebut akan memberi. Dan yang
membuat hati orang dermawan tertarik untuk memberi adalah Allah swt, oleh
karenanya ketika ada pujian untuk seseorang yang dermawan, maka hakikatnya
pujian terbut adalah untuk Allah swt, karena Allah swt lah yang menciptakan
ketertarikan kepada dermawan tersebut untuk memberi.
2. Sesungguhnya seseorang yang memberikan
kebaikan kepada orang lain mempunyai pamrih dengan perbuatannya, baik berupa
imbalan, pahala, pujian, melakukan kebenaran, menekan sifat bakhil, dan
lain-lain. Dan orang yang berpamrih dengan pemberian atau kebaikannya,
sejatinya tidak berhak mendapatkan pujian. Dan, Allah swt adalah Maha Sempurna
yang tidak lagi perlu mencari imbalan untuk melengkapi KesempurnaanNya. Karena
mencari sesuatu yang yang sudah menjadi miliknya adalah mustahil. Pemberian
Allah swt adalah ke-Maha Pemberiannya yang sempurna, Kebaikan yang yang murni.
Oleh karenanya hanya Allah swt lah yang berhak dan pantas untuk dipuji.
3. Setiap kenikmatan merupakan sesuatu yang
mungkin wujudnya. Sesuatu yang mungkin wujudnya, pasti Allah swt yang
mewujudkannya, baik perwujudannya itu secara langsung ataupun dengan
perantaraan. Allah swt dalam hal ini berfirman:
وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ
Dan apa
saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya)”. (Qs. An-Nahl:
53).
Al-Hamdu
tidak mempunyai makna kecuali mengungkapkan pujian kepada pemberi
kebaikan/manfaat, dan tidak pemberi sejati kecuali dari Allah swt. Hal ini
memastikan bahwa tidak ada yang berhak atas pujian kecuali Allah swt.
4. Sebuah kenikmatan tidak sempurna kecuali
mempunyai tiga hal yang berkumpul di dalamnya, yaitu (a) memberikan manfaat, dan
untuk bisa merasakan manfaat ini maka seseorang harus hidup dan bisa merasakan.
Dan yang menganugerahkan hidup dan bisa merasakan adalah Allah swt. (b) sebuah
manfaat tidaklah sempurna kecuali kosong dari sesuatu yang membahayakan dan
kesusahan, dan mengosongkan diri dari sesuatu bahaya dan kesusahan tidak akan
berhasil kecuali mendapatkan pertolongan dari Allah swt. (c) sebuah manfaat
bukanlah kenikmatan yang sempurna kecuali ada jaminan tidak akan terputus, dan
hal ini tidak bisa dicapai kecuali dengan pertolongan Allah swt. Oleh
karenanya, merupakan kepastian bahwa nikmat yang sempurna tidak akan muncul
kecuali dari Allah swt.
Dan karenanya, sungguh tidak berhak
mendapatkan pujian yang sempurna kecuali Allah swt. Argumen-argumen di atas
menunjukkan kebenaran firman Allah SWT “Al-Hamdulillah”, Segala Puji (hanya
pantas) Bagi Allah.
(Terjemah dari Kitab Tafsir Al-Fatihah, karya Syaikh Asmuni)