Senin, 24 Februari 2014

Kemprul Dan Semprul Ngobrol Tentang PENYADAPAN

Semprul: “Prul, kalau dirimu tahu...kamu disadap seperti pejabat pemerintah atau orang bernama besar itu...apa tindakanmu?”

Kemprul: “ya diambil saja alat penyadapnya...terus dibuang...gitu aja kok repot!”

Semprul: “Lha...kalau masih dikhawatirkan masih ada alat sadapnya gimana?”

Kemprul: “Ya sudah biarin aja...wong tiap waktu aku dan kamu sebenarnya disadap ya kita santai aja kok!”

Semprul: “Lho...aku dan kamu siapa yang berkepentingan menyadap prul?”

Kemprul: “Ya yang ngasih tugas kita prul...kita ini benar-benar mengerjakan tugas yang diberikan kepada kita ngak?”

Semprul: “Lho...memangnya kamu punya kerjaan dan juragan baru tho prul...opo kerjamu sekarang?”

Kemprul: “Bukan hanya aku prul...kamu juga disadap...setiap saat...setiap waktu...tidak hanya pembicaraan kita...apa yang terbetik dalam hati kita aja bisa disadap kok...”

Semprul: “Oooo...maksudmu...Tugas Ngibadah tho....he he he...paham aku mesthi Juragannya Gusti Alloh SWT...he he he...iyo tho?!.”

Kemprul: “Lha iya...kalau kita sudah bisa ‘merasa’ disadap setiap saat...ngapain gelisah disadap orang lain...iyo tho...he he he...?!”

Semprul: “Tapi Prul...penyadapan kan melanggar privasi orang...kan harusnya tidak terjadi...wong podo-podo manusianya kok mendzalimi orang lain dengan menyadap...sudah melanggar aturan agama juga melanggar aturan berbangsa dan bernegara itu. Mesthi-nya harus diproses secara hukum itu. Kita juga harus tidak setuju dengan pihak-pihak yang menyadap...itu dzolim Prul.”


Kemprul: “Lha iya...sudah paham begitu kok...Cuma ya itu tadi...tidak boleh diiringi gelisah...sumpek...apalagi kemrungsung...he he.”

0 comments:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More