Kamis, 14 November 2024

Bagian Ketiga dari Kebersihan: Membersihkan Kotoran yang Terlihat (Dari Kitab Ihya Ulumiddin)

Kebersihan dari kotoran yang terlihat terbagi menjadi dua jenis: 

A. Kotoran dan bagian tubuh

Berikut adalah jenis-jenis kotoran yang sering muncul:

  1. Kotoran di Rambut Kepala: Kotoran dan kutu yang menempel di rambut kepala dianjurkan untuk dibersihkan dengan mencuci, menyisir, dan mengoleskan minyak rambut agar terlihat rapi. Nabi Muhammad ﷺ sering meminyaki dan menyisir rambutnya secara teratur, serta menyarankan umatnya untuk merawat rambut. Beliau bersabda, “Barang siapa memiliki rambut, maka hendaklah ia merawatnya,” yang artinya membersihkan dari kotoran. Ketika seseorang datang kepada beliau dengan rambut acak-acakan, beliau menegur dan berkata bahwa orang tersebut sebaiknya menyisir rambutnya agar terlihat rapi, supaya tidak menyerupai syaitan.
  2. Kotoran di Telinga: Kotoran yang berkumpul di sekitar lipatan telinga bisa dihilangkan dengan mengusap bagian yang tampak. Untuk kotoran di dalam telinga, disarankan membersihkannya dengan lembut setelah keluar dari kamar mandi, karena jika menumpuk, bisa merusak pendengaran.
  3. Kotoran di Dalam Hidung: Kotoran dan lendir yang mengering di dalam hidung sebaiknya dibersihkan dengan cara menghirup air dan kemudian membuangnya (istinsyaq dan istinthar).
  4. Kotoran di Gigi dan Lidah: Kotoran yang menempel di gigi dan ujung lidah dapat dihilangkan dengan bersiwak atau berkumur-kumur.
  5. Kotoran di Janggut: Kotoran atau kutu yang bisa menumpuk di janggut apabila tidak dirawat, disarankan untuk dibersihkan dengan mencuci dan menyisirnya. Diriwayatkan bahwa Nabi ﷺ tidak pernah meninggalkan sisir dan cermin, baik dalam perjalanan maupun di rumah. Terdapat riwayat bahwa beliau ﷺ biasa menyisir janggutnya dua kali sehari.
Nabi ﷺ juga memperhatikan kebersihan janggutnya, bahkan di hadapan orang banyak, untuk menjaga penampilan dan memberi kesan baik. Aisyah رضي الله عنها pernah menceritakan bahwa suatu ketika Nabi ﷺ merapikan rambut dan janggutnya di depan bejana sebelum bertemu dengan orang-orang. Ketika Aisyah bertanya mengapa beliau melakukan hal itu, Nabi ﷺ menjawab bahwa Allah mencintai seorang hamba yang memperhatikan penampilannya di hadapan orang lain. Hal ini tidaklah menunjukkan kecintaan terhadap hiasan, tetapi beliau melakukan hal tersebut agar tidak menimbulkan penilaian buruk dari masyarakat yang mungkin menghambat dakwah.

Dengan demikian, para ulama yang berdakwah juga perlu menjaga penampilan yang tidak menimbulkan ketidaksukaan orang, karena kesan pertama seringkali penting untuk membuka hati orang. Apa yang kita lakukan dengan niat yang benar untuk Allah, seperti berpenampilan rapi, akan mendapatkan pahala sesuai tujuan yang lurus tersebut.

Menjaga Kebersihan Jenggot dan Menghindari Sikap Acuh Tak Acuh dalam Penampilan

Menjaga penampilan agar rapi itu disukai, dan membiarkan rambut acak-acakan dalam jenggot dengan alasan zuhud atau tidak peduli terhadap diri sendiri adalah hal yang tidak disarankan. Namun, jika seseorang meninggalkannya karena lebih sibuk dengan hal-hal yang lebih penting, itu diperbolehkan. Hal-hal ini adalah urusan batin antara seorang hamba dan Allah SWT, dan Allah Maha Mengetahui niat sebenarnya.

Banyak orang awam yang melakukan tindakan ini karena ingin dipandang oleh manusia, dan menganggapnya sebagai kebaikan. Contohnya, ada ulama yang memakai pakaian mewah dan mengaku niatnya adalah untuk menentang orang-orang yang berbuat bid’ah, tetapi hakikatnya akan terbuka pada hari ketika rahasia disingkap. Saat itu, kebenaran niat akan terlihat.

B. Kebersihan Bagian Tubuh Lainnya

  1. Kotoran di Buku-Buku Jari: Kotoran seringkali menumpuk di lipatan jari, terutama karena kebiasaan orang Arab yang jarang mencuci tangan setelah makan. Rasulullah ﷺ memerintahkan untuk mencuci bagian-bagian tersebut.

  2. Membersihkan Kotoran di Ujung Jari dan di Bawah Kuku: Nabi ﷺ memerintahkan orang Arab untuk membersihkan kotoran di ujung jari dan di bawah kuku karena pada waktu itu jarang tersedia alat pemotong kuku. Nabi ﷺ menetapkan waktu maksimal 40 hari untuk memotong kuku, mencabut bulu ketiak, dan mencukur bulu kemaluan.

  3. Membersihkan Tubuh dari Keringat dan Debu Jalanan: Kotoran yang menempel di tubuh akibat keringat dan debu dapat dihilangkan dengan mandi. Para sahabat Nabi ﷺ pun mandi di pemandian umum di Syam.

Tata Cara Mandi di Pemandian Umum

Mandi di tempat umum memiliki manfaat, seperti membersihkan tubuh dan mengingatkan pada panas api (neraka), tetapi juga memiliki risiko seperti memperlihatkan aurat dan bisa mengurangi rasa malu. Oleh karena itu, dibolehkan mandi di pemandian umum asalkan menjaga aturan, yakni menutup aurat dan menghindari menyentuh atau melihat aurat orang lain. Terdapat dua kewajiban bagi seseorang yang mandi di tempat umum: pertama, menjaga auratnya dari pandangan dan sentuhan orang lain; kedua, menjaga aurat orang lain dengan tidak melihat atau membiarkan aurat mereka terbuka.

Perlu diketahui bahwa dalam hal ini, niat yang tulus kepada Allah lebih utama daripada kesan yang ingin ditampilkan di hadapan manusia.

Etika dan Niat dalam Memasuki Pemandian Umum

Tidak ada alasan untuk tidak mengingatkan sesama dalam hal kebaikan, karena setiap hati akan terpengaruh oleh nasihat dan terjaga dari hal-hal yang dilarang. Meski nasihat mungkin tampak kecil, ia mampu menciptakan kesan buruk terhadap keburukan dan menjauhkan diri darinya. Oleh karena itu, tidak boleh meninggalkan nasihat dan peringatan.

Untuk menghindari godaan, sebaiknya berhati-hati dalam memasuki pemandian umum, karena sering kali di sana terdapat aurat yang terbuka, terutama bagian antara pusar hingga di atas kemaluan yang menurut syariat dianggap sebagai aurat.

Para ulama menyarankan agar pemandian umum dalam keadaan kosong atau terbatas pada orang-orang yang menjaga aurat. Ibnu Umar r.a. pernah terlihat di dalam pemandian umum, menghadap dinding dan menutup matanya dengan kain. Ada pula yang menyarankan agar mengenakan dua kain, satu untuk menutupi aurat dan satu lagi untuk menutup kepala serta menjaga mata.

Tata Cara Memasuki Pemandian Umum Berdasarkan Sunah

Berikut adalah beberapa sunah yang perlu diperhatikan dalam memasuki pemandian umum:

  1. Niat: Memasuki pemandian dengan niat membersihkan diri sebagai bentuk kecintaan kepada kebersihan dan persiapan untuk beribadah, bukan untuk kesenangan duniawi atau sekadar mengikuti hawa nafsu.

  2. Membayar Sebelum Masuk: Sebaiknya memberikan upah kepada penjaga pemandian sebelum masuk untuk menghindari ketidakjelasan dalam pembayaran.

  3. Memasuki dengan Kaki Kiri: Memasuki pemandian dengan kaki kiri sambil mengucapkan, "Bismillahirrahmanirrahim, aku berlindung kepada Allah dari najis, kotoran, dan godaan setan yang terkutuk."

  4. Menggunakan Pemandian Saat Kosong: Berusaha masuk pada waktu yang sepi atau memastikan pemandian hanya diisi oleh orang-orang yang menjaga aurat mereka.

  5. Menutup Mata: Menjaga pandangan dari tubuh yang terbuka, karena gerakan dan perubahan posisi dapat menyebabkan aurat terlihat.

  6. Mencuci Kedua Lengan Saat Masuk: Mencuci kedua lengan saat masuk ke area pemandian.

  7. Menunggu untuk Berkeringat: Tidak langsung masuk ke ruangan panas, tetapi menunggu hingga berkeringat di ruangan pertama.

  8. Menghemat Penggunaan Air: Tidak berlebihan dalam menggunakan air, cukup sesuai kebutuhan, terutama air panas karena biaya dan tenaga untuk menyediakannya.

  9. Mengambil Pelajaran dari Panasnya Pemandian: Merasakan panasnya pemandian sebagai pengingat siksa api neraka, dan membayangkan diri sedang berada di dalam panas yang menyerupai keadaan di neraka untuk meningkatkan kesadaran dan ketakwaan.

Orang yang bijak akan selalu mengingat akhirat dalam setiap momen hidupnya. Pandangannya terhadap segala sesuatu, termasuk air, api, dan hal-hal lainnya, harus diambil sebagai pelajaran dan peringatan, karena segala yang terlihat adalah tanda untuk mengingat dan mengambil hikmah dari-Nya.

0 comments:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More