Senin, 26 Agustus 2024

Hikmah 201 Al-Hikam tentang Ilmu yang Bermanfaat || Syarah Ibnu Abbad

201 – ثُمَّ قَالَ الشَّيْخُ ابْنُ عَطَاءِ اللَّهِ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ:

العِلْمُ النَّافِعُ هُوَ الَّذِي يَنْبَسِطُ فِي الصَّدْرِ شُعَاعُهُ، وَيَنْكَشِفُ بِهِ عَنِ القَلْبِ قِنَاعُه

201. Kemudian Syekh Ibnu Atha'illah رضي الله عنه  berkata: llmu yang bermanfaat adalah ilmu yang menyebarkan cahayanya di dalam dada dan membuka selubung tutup hati. (Nomor Hikmah berdasar Tahqiq Abdul Jalil Abdus Salam)


Syarah Muhammad Ibnu Abbad An-Nafazi Ar-Rundy (1332-1390 M)

العِلْمُ النَّافِعُ هُوَ العِلْمُ بِاللّٰهِ تَعَالَى وَصِفَاتِهِ وَأَسْمَائِهِ، وَالعِلْمُ بِكَيْفِيَّةِ التَّعَبُّدِ لَهُ وَالتَّأَدُّبِ بَيْنَ يَدَيْهِ، فَهَذَا هُوَ العِلْمُ الَّذِي يَنْبَسِطُ فِي الصَّدْرِ شُعَاعُهُ فَيَتَّسِعُ وَيَنْشَرِحُ لِلْإِسْلَامِ، وَيَكْشِفُ عَنِ القَلْبِ قِنَاعُهُ فَتَزُولُ عَنْهُ الشُّكُوكُ وَالأَوْهَامُ

Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu tentang Allah Ta'ala, sifat-sifat-Nya, dan nama-nama-Nya, serta ilmu tentang bagaimana beribadah kepada-Nya dan bersopan santun di hadapan-Nya. Inilah ilmu yang cahayanya menyebar dalam dada, meluas dan membuat dada lapang untuk Islam/pasrah, serta membuka selubung dari hati sehingga keraguan dan khayalan/dugaan hilang darinya.

وَفِي حِكْمَةِ دَاوُدَ، عَلَيْهِ وَعَلَى نَبِيِّنَا الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ، «العِلْمُ فِي الصَّدْرِ كَالمِصْبَاحِ فِي البَيْتِ». وَقَالَ مُحَمَّدُ بْنُ عَلِيٍّ التِّرْمِذِيُّ، رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ: «العِلْمُ النَّافِعُ هُوَ الَّذِي تَمَكَّنَ فِي الصُّدُورِ وَتَصَوَّرَ، وَذٰلِكَ أَنَّ النُّورَ إِذَا أَشْرَقَ فِي الصُّدُورِ تَصَوَّرَتِ الأُمُورُ حُسْنُهَا وَسَيِّئُهَا، 

Dalam hikmah Nabi Dawud as., dikatakan: "Ilmu di dalam dada itu seperti pelita di dalam rumah." Dan Muhammad bin Ali At-Tirmidzi ra. berkata: "Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang tertanam/mantap dalam dada dan terwujud/tergambar. Tergambar yang dimaksud adalah Cahaya ilmu jika telah bersinar dalam dada, menggambarkan segala hal yang baik dan buruk, 

وَوَقَعَ بِذٰلِكَ ظِلٌّ فِي الصُّدُورِ فَهُوَ صُورَةُ الأُمُورِ فَيَأْتِي حُسنَهَا وَيَجْتَنِبُ سَيِّئَهَا، فَذٰلِكَ العِلْمُ النَّافِعُ مِنْ نُورِ القَلْبِ خَرَجَتْ تِلْكَ العَلَائِمُ إِلَى الصُّدُورِ، وَهِيَ عَلاَمَاتُ الهُدَى.

dan dengan cahaya itu akan ada bayangan dalam dada, yaitu gambaran tentang hal-hal tersebut, sehingga yang baik dilaksanakan dan yang buruk dijauhi. Itulah ilmu yang bermanfaat yang berasal dari cahaya hati, yang menandai dada dengan tanda-tanda petunjuk, yaitu tanda-tanda petunjuk.

وَالعِلْمُ الَّذِي قَدْ تُعَلِّمُهُ، فَذٰلِكَ عِلْمُ اللِّسَانِ، إِنَّمَا هُوَ شَيْءٌ قَدِ اسْتَوْدَعَ الحِفْظَ، وَالشَّهْوَةُ غَالِبَةٌ عَلَيْهِ قَدْ أَحاطتْ بِهِ وَأَذْهَبَتْ بِظُلْمَتِهَا ضَوْءَهُ.

Sedangkan ilmu yang telah dipelajari, itulah ilmu lisan, hanya saja ilmu itu hanyalah sesuatu yang dihafal, dan seringkali dikalahkan oleh hawa nafsu yang bisa mendominasi ilmu dan menghilangkan cahaya ilmu karena gelapnya hawa nafsu."

وَقَالَ أَبُو مُحَمَّدٍ عَبْدُ العَزِيزِ المَهْدَوِيُّ، رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ: «العِلْمُ النَّافِعُ هُوَ: عِلْمُ الوَقْتِ، وَصَفَاءُ القَلْبِ، وَالزُّهْدُ فِي الدُّنْيَا، وَمَا يُقَرِّبُ مِنَ الجَنَّةِ وَمَا يُبْعِدُ عَنِ النَّارِ، وَالخَوْفُ مِنَ اللّٰهِ وَالرَّجَاءُ فِيهِ وَآفَاتُ النُّفُوسِ، وَطَهَارَتُهَا، وَهُوَ النُّورُ المُشَارُ إِلَيْهِ أَنَّهُ نُورٌ يقْذِفُهُ اللّٰهُ فِي قَلْبِ مَنْ يَشَاءُ دُونَ عِلْمِ اللِّسَانِ وَالمَنْقُولِ وَالمَعْقُولِ».

Abu Muhammad Abdul Aziz Al-Mahdawi ra. berkata: "Ilmu yang bermanfaat adalah: ilmu tentang waktu (ilmu saat itu menuntutnya berbuat apa), kejernihan hati, zuhud terhadap dunia, tentang apa yang mendekatkan kepada surga, dan apa yang menjauhkan dari neraka, takut kepada Allah, dan berharap kepada-Nya. Juga ilmu tentang penyakit-penyakit jiwa dan pembersihannya. Ilmu ini adalah cahaya yang disebutkan sebagai cahaya yang Allah tanamkan di hati siapa saja yang dikehendaki-Nya, bukan ilmu lisan atau ilmu yang diperoleh dari akal dan logika."

وَقَالَ مَالِكُ بْنُ أَنَسٍ، رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ: «لَيْسَ العِلْمُ بِكَثْرَةِ الرِّوَايَةِ، وَإِنَّمَا هُوَ نُورٌ يَقْذِفُهُ اللّٰهُ تَعَالَى فِي القُلُوبِ». وَإِنَّمَا مَنْفَعَةُ العِلْمِ أَنْ يُقَرِّبَ العَبْدَ مِنْ رَبِّهِ، وَيُبْعِدَهُ عَنْ رُؤْيَةِ نَفْسِهِ، وَذٰلِكَ غَايَةُ سَعَادَتِهِ وَمُنْتَهَى طَلَبِهِ وَإِرَادَتِهِ.

Malik bin Anas ra. berkata: "Ilmu itu bukan dengan banyaknya riwayat, tetapi cahaya yang Allah tanamkan di dalam hati." Manfaat dari ilmu adalah mendekatkan seorang hamba kepada Tuhannya, dan menjauhkannya dari melihat dirinya sendiri. Inilah puncak kebahagiaannya, tujuan dan kehendak tertingginya.

قَالَ الجُنَيْدُ، رَضِيَ اللّٰهُ تَعَالَى عَنْهُ: «العِلْمُ: أَنْ تَعْرِفَ رَبَّكَ، وَلَا تَعْدُوَ قَدْرَكَ». وَهٰذِهِ عِبَارَةٌ مُخْتَصَرَةٌ وَجِيزَةٌ، جَمَعَ فِيهَا - رَحِمَهُ اللّٰهُ - مَقْصُودَ عُلُومِ الصُّوفِيَّةِ، وَهِيَ: مَعْرِفَةُ اللّٰهِ تَعَالَى، وَحُسْنُ الأَدَبِ بَيْنَ يَدَيْهِ وَهٰذِهِ هِيَ العُلُومُ الَّتِي يَنْبَغِي لِلإِنْسَانِ أَنْ يَسْتَغْرِقَ فِيهَا عُمْرَهُ الطَّوِيلَ، وَلَا يَقْنَعَ مِنْهَا بِكَثِيرٍ وَلَا قَلِيلٍ. 

Al-Junaid ra. berkata: "Ilmu adalah engkau mengenal Tuhanmu, dan tidak melampaui batas derajat (kehambaanmu)." Ini adalah ungkapan yang ringkas dan padat, di mana syaikh ibnu Ataillah rahimahullah mengumpulkan tujuan ilmu-ilmu tasawuf, yaitu: mengenal Allah Ta'ala, dan beradab di hadapan-Nya. Inilah ilmu-ilmu yang seharusnya dihabiskan oleh manusia dalam umurnya yang panjang, dan tidak merasa cukup dengan banyak atau sedikitnya.

وَقَدْ قَالَ سَيِّدِي أَبُو الحَسَنِ الشَّاذِلِيُّ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ: مَنْ لَمْ يَتَغَلْغَلْ فِي هٰذِهِ العُلُومِ - يَعْنِي عُلُومَ الصُّوفِيَّةِ - مَاتَ مُصِرًّا عَلَى الكَبَائِرِ وَهُوَ لَا يَعْلَمُ ، وَمَا سِوَى هٰذِهِ العُلُومِ قَدْ لَا يَحْتَاجُ إِلَيْهَا، وَرُبَّمَا أَضَرَّ بِصَاحِبِهَا مُدَاوَمَتُهُ عَلَيْهَا، 

Syaikh Abu Al-Hasan Asy-Syadzili ra. berkata: "Barang siapa yang tidak masuk (mendalami) ilmu-ilmu ini, yaitu ilmu-ilmu para ahli tasawuf, maka ia akan mati dalam keadaan terus (mushirron) melakukan dosa besar tanpa menyadarinya. Selain ilmu-ilmu ini, mungkin/kadang tidak diperlukan, bahkan bisa saja terus menggeluti ilmu selain ilmu tasawuf justru merugikan/membahayakan,

وَقَدِ اسْتَعَاذَ رَسُولُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الخَبَرِ المَشْهُورِ عَنْهُ «مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَع». ثُمَّ ذَكَرَ المُؤَلِّفُ، رَحِمَهُ اللّٰهُ تَعَالَى، عِبَارَةً أُخْرَى فِي بَيَانِ العِلْمِ النَّافِعِ وَتَعْرِيفِهِ بِلَازِمِهِ.

dan Rasulullah saw. telah mohon perlindungan dalam hadits yang masyhur: 'Dari ilmu yang tidak bermanfaat.’ Kemudian penulis (Syaikh Ibnu Athaillah), rahimahullah, menyebutkan ungkapan lain dalam menjelaskan ilmu yang bermanfaat dan mendefinisikan serta konsekuensinya/keharusan yang menyertai (di hikmah selanjutnya 202).

-------

Catatan: Apabila ada kesalahan pada tulisan di atas, mohon disampaikan di kolom komentar.



0 comments:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More