Semprul menjadi
kelimpungan saat melihat berita di TV tentang bencana Gempa dan Tsunami di Palu.
Ia seakan merasakan betapa beratnya ujian mereka yang terdampak bencana
tersebut. Ketakutan, kebingungan, harapan, dan kegelisahan pasti meliputi
mereka yang ada di sana.
Dari lubuk hati yang
terdalam, ia membatin mudah-mudahan Allah SWT memberikan mereka kesabaran dan
keteguhan iman. Mampu menata hati untuk tetap ikhlas di tengah bencana yang
dahsyat tersebut. Semprul teringat bencana serupa di Aceh, Bantul, dan Lombok,
kemudian Semprul berdoa: “Mudah-mudahan Allah SWT menganugerahkan masyarakat di
Palu kekuatan untuk bangkit kembali, seperti mereka yang dulu terkena bencana
di Aceh, Bantul, Lombok.”
Bencana seperti di Palu,
sebagaimana Lik Qosim menjelaskan saat kultum di Musholla Al-Hidayah, bisa
menjadi cobaan ujian, sebagaimana ayat 155 sampai dengan ayat 157 surat
Al-Baqarah: “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah
berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila
ditimpa musibah, mereka mengucapkan,”Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.”
Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari
Rabbnya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk”.
Lik Qosim melanjutkan
bahwa bencana yang terjadi dilihat dari reaksi orang-orang yang terdampak bisa
jadi merupakan:
1. Pemuliaan derajat di
sisi Allah SWT, kalau mereka menyikapi dengan keridloan, kedamaian, kesadaran
dengan kehendak Allah dan penafian diri sepenuhnya dalam cobaan hingga saat
berlalunya.
2. Penyucian jiwa bagi
yang menyikapinya dengan sabar, tidak mengeluh, lebih rajin menunaikan
perintah, dan tidak enggan serta patuh kepada Allah SWT.
3. Teguran ataupun
hukuman kalau bagi yang menyikapinya dengan kurang sabar, mengaduh, meratap,
dan mengeluh.
Lik Qosim menegaskan
bahwa: “Jiwa-jiwa yang Ikhlas atau yang sedang belajar menuju Ikhlash biasanya
ada pada nomor 1 dan 2. Mereka tabah karena sadar bahwa dunia dan segala isi
kehidupannya adalah ujian untuk Kembali Kepada Allah SWT atau inna lillahi wa
inna ilaihi rojiun.”
Semprul membatin, “Aku
dulu waktu gempa di Bantul, masuk kategori yang mana ya? Aah entahlah…”
(Kalitirto, 9 Oktober
2018)