Malam pertengahan bulan
Sya’ban adalah salah satu malam di antara lima malam khusus ijabah doa. Imam
Asy-Syafi’i rahimahullah berpendapat bahwa, “Sesungguhnya doa dikabulkan pada
lima malam, yaitu malam Jum’at, malam hari raya Idul Adha, malam hari raya
‘Idul fitri, malam pertama di bulan Rajab dan malam Nishfu Sya‘ban.” (Al-Umm
Jilid 2, 264).
Imam Ibnu Taimiyah rahimahullah
yang digolongkan bermazhab Imam Ahmad bin Hambali berpendapat, “Adapun (salat) pada
malam nisfu Sya’ban, maka banyak hadis serta atsar dari sahabat yang
menyebutkan keutamaannya. Dikutip dari segolongan ulama salaf bahwa mereka
melakukan salat pada malam nisfu Sya’ban. Maka salat yang dilakukan seseorang pada
malam tersebut secara sendirian telah dicontohkan oleh para ulama salaf, amalan
tersebut mempunyai dalil sehingga tidak perlu dikritisi (dibid’ahkan)”.
“Adapun salat berjamaah pada malam tersebut,
maka hal ini masuk dalam keumuman dalil yang menganjurkan berkumpul untuk
ketaatan dan ibadah (Majmu' Fatawa, Jilid 23, 132].
Para sholihin, dalam banyak
literatur melakukan shalat, membaca syahadat, membaca istighfar, membaca
al-Qur’an, dan doa di malam Nishfu Sya’ban. Kalau ditelusuri hal ini dilakukan oleh
Rasulullah Saw dan para sahabantnya serta diteladani oleh para ulama sampai
saat ini.
Rasulullah Saw.
Dari Ummul Mukminin,
‘Aisyah ra., beliau berkata: "Suatu malam Rasulullah Saw shalat, kemudian
beliau bersujud panjang, sehingga aku menyangka bahwa Rasulullah Saw telah
diambil, karena curiga maka aku gerakkan telunjuk beliau dan ternyata masih
bergerak. Setelah Rasulullah Saw. selesai shalat beliau berkata: "Hai
‘Aisyah engkau tidak dapat bagian?". Lalu aku menjawab: "Tidak ya
Rasulullah, aku hanya berfikiran yang tidak-tidak (menyangka Rasulullah telah
tiada) karena engkau bersujud begitu lama". Lalu Rasulullah Saw. bertanya:
"Tahukah engkau, malam apa sekarang ini?”. "Rasulullah yang lebih
tahu", jawabku. "Malam ini adalah malam Nishfu Sya'ban, Allah
mengawasi hambanya pada malam ini, maka Ia memaafkan mereka yang meminta
ampunan, memberi kasih sayang mereka yang meminta kasih sayang dan
menyingkirkan orang-orang yang dengki" (HR. Baihaqi, dengan komentar ini mursal karena
ada rawi yang tidak bersambung ke sahabat, namun cukup kuat).
Para
Sahabat Rasulullah Saw
Dari para sahabat: Mu’adz bin
Jabal, Abu Tsa’labah al-Khusyani, ‘Abdullah bin ‘Amr, Abu Musa al-Asy’ari, Abu
Hurairah, Abu Bakr ash-Shiddiq, ‘Auf bin Malik, dan Ummul Mukminin ‘Aisyah,
bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah memperhatikan hamba-Nya
(dengan penuh rahmat) pada malam Nishfu Sya’ban, kemudian Dia akan mengampuni
semua makhluk-Nya kecuali orang musyrik dan musyahin (orang yang hatinya ada
kebencian antarsesama umat Islam).” (HR. Thabrani dalam
Al-Kabir No. 16639, Daruquthni dalam Al-Nuzul 68, Ibnu Hibban
dalam sahihnya no 5757).
Imam
Syafi’i (767-820)
Imam
asy-Syafi‘i dalam kitabnya al-Umm berpendapat: “Telah sampai pada kami bahwa
dikatakan sesungguhnya doa dikabulkan pada lima malam, yaitu malam Jum’at,
malam hari raya Idul Adha, malam hari raya ‘Idul fitri, malam pertama di bulan
Rajab dan malam Nishfu Sya‘ban.” (Al-Umm Jilid 2, halaman 264).
Imam Ghazali (1058-1111)
Shalat sunnah di malam
nisfu Sya‘ban ini dikemukakan oleh Imam Al-Ghazali dalam Ihya ‘Ulumiddin.
Bahkan, ia menjelaskan tata caranya, mulai dari jumlah rakaat hingga bacaannya:
“Adapun shalat sunnah Sya‘ban adalah malam kelima belas bulan Sya‘ban.
Dilaksanakan sebanyak seratus rakaat. Setiap dua rakaat satu salam. Setiap
rakaat setelah Al-Fatihah membaca Qulhuwallahu ahad sebanyak 11 kali. Jika mau,
seseorang dapat shalat sebanyak 10 rakaat. Setiap rakaat setelah Al-Fatihah
Qulhuwallahu ahad 100 kali. Ini juga diriwayatkan dalam sejumlah shalat yang
dilakukan orang-orang salaf dan mereka sebut sebagai shalat khair. Mereka
berkumpul untuk menunaikannya. Mungkin mereka menunaikannya secara berjamaah,”
(Al-Ghazali, Ihya ‘Ulumiddin, jilid 1, hal. 203).
Abdul Qadir al-Jilani
(1077-1166)
Dengan mengutip doa dari
Sayyidina Ali bin Abi Thalib, syaikh Abdul Qadir Jilani mengajarkan doa
berikut:
اللهم صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَآلِهِ، مَصَابِيْحِ الْحِكْمَةِ وَمَوَالِيْ
النِّعْمَةِ، وَمَعَادِنِ الْعِصْمَةِ، وَاعْصِمْنِيْ بِهِمْ مِنْ كُلِّ سُوْءٍ.
وَلَا تَأْخُذْنِيْ عَلَى غِرَّةٍ وَلَا عَلَى غَفْلَةٍ، وَلَا تَجْعَلْ عَوَاقِبَ
أَمْرِيْ حَسْرَةً وَنَدَامَةً، وَارْضَ عَنِّيْ، فَإِنَّ مَغْفِرَتَكَ
لِلظَّالِمِيْنَ، وَأَنَا مِنَ الظَّالِمِيْنَ، اللهم اغْفِرْ لِيْ مَا لَا
يَضُرُّكَ، وَأَعْطِنِيْ مَا لَا يَنْفَعُكَ، فَإِنَّكَ الْوَاسِعَةُ رَحْمَتُهُ،
اَلْبَدِيْعَةُ حِكْمَتُهُ، فَأَعْطِنِي السَّعَةَ وَالدَّعَةَ، وَالْأَمْنَ
وَالصِّحَّةَ وَالشُّكْرَ وَالْمُعَافَاةَ، وَالتَّقْوَى، وَأَفْرِغِ الصَّبْرَ
وَالصِّدْقَ عَلَيَّ، وَعَلَى أَوْلِيَائِيْ فِيْكَ، وَأَعْطِنِي الْيُسْرَ، وَلَا
تَجْعَلْ مَعَهُ الْعُسْرَ، وَأَعِمَّ بِذَلِكَ أَهْلِيْ وَوَلَدِيْ وَإِخْوَانِيْ
فِيْكَ، وَمَنْ وَلَدَنِيْ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ
وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
“Ya Allah limpahkan
rahmat ta’dhim-Mu kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, lampu-lampu hikmah,
tuan-tuan nikmat, sumber-sumber penjagaan. Jagalah aku dari segala keburukan
lantaran mereka, janganlah engkau hukum aku atas kelengahan dan kelalaian,
janganlah engkau jadikan akhir urusanku suatu kerugian dan penyesalan,
ridhailah aku, sesungguhnya ampunanMu untuk orang-orang zhalim dan aku termasuk
dari mereka, ya Allah ampunilah bagiku dosa yang tidak merugikanMu, berilah aku
anugerah yang tidak memberi manfaat kepadaMu, sesungguhnya rahmat-Mu luas, hikmah-Mu
indah, berilah aku kelapangan, ketenangan, keamanan, kesehatan, syukur,
perlindungan (dari segala penyakit) dan ketakwaan. Tuangkanlah kesabaran dan
kejujuran kepadaku, kepada kekasih-kekasihku karena-Mu, berilah aku kemudahan
dan janganlah jadikan bersamanya kesulitan, liputilah dengan karunia-karunia
tersebut kepada keluargaku, anaku, saudar-saudaraku karena-Mu dan para orang
tua yang melahirkanku dari kaum muslimin muslimat, serta kaum mukiminin dan
mukminat.” (Syekh Abdul Qadir al-Jilani, Ghunyah al-Thalibin, juz 3, hal. 249)
Imam Ibnu Taimiyah (1263-1328)
Adapun malam Nishfu
Sya'ban, maka sungguh telah diriwayatkan tentang keutamaanya dari hadits-hadits
dan juga atsar serta nukilan dari skelompok ulama salaf bahwa mereka melakukan
sholat di malam tersebut [Majmu' Fatawa Jilid 23, Halaman 132]
Imam Ibnu Hajar
Al-Haitami (1503-1566)
Maka kesimpulannya,
malam Nishfu Sya'ban ini memiliki keutamaan yang di dalamnya terdapat ampunan
khusus dan terkabulnya doa secara khusus, itulah sebabnya Imam Asy-Syafi'i
berkata bahwa Doa dikabulkan disaat-saat itu. [Al-Fatawa Al-Kubra Al-Fiqhiyyah:
Jilid 2, Halaman 80].
Sayyid Utsman bin Yahya (1822-1913)
Sayyid Utsman bin Yahya (Maslakul Akhyar,
halaman 78-80) menyebutkan doa berikut ini yang dibaca saat malam nisfu
Sya’ban.
اَللّٰهُمَّ يَا ذَا الْمَنِّ وَلَا يُمَنُّ
عَلَيْكَ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالإِكْرَامِ يَا ذَا الطَوْلِ وَالإِنْعَامِ لَا
إِلٰهَ إِلَّا أَنْتَ ظَهْرَ اللَّاجِيْنَ وَجَارَ المُسْتَجِيْرِيْنَ وَمَأْمَنَ
الخَائِفِيْنَ اللّٰهُمَّ إِنْ كُنْتَ
كَتَبْتَنِيْ عِنْدَكَ فِيْ أُمِّ الكِتَابِ شَقِيًّا أَوْ مَحْرُومًا أَوْ
مُقْتَرًّا عَلَيَّ فِي الرِزْقِ، فَامْحُ اللّٰهُمَّ فِي أُمِّ الكِتَابِ
شَقَاوَتِي وَحِرْمَانِي وَاقْتِتَارَ رِزْقِيْ، وَاكْتُبْنِيْ عِنْدَكَ سَعِيْدًا
مَرْزُوْقًا مُوَفَّقًا لِلْخَيْرَاتِ فَإِنَّكَ قُلْتَ وَقَوْلُكَ الْحَقُّ فِيْ
كِتَابِكَ المُنْزَلِ عَلَى لِسَانِ نَبِيِّكَ المُرْسَلِ "يَمْحُو اللهُ مَا
يَشَاءُ وَيُثْبِتُ وَعِنْدَهُ أُمُّ الكِتَابِ" وَصَلَّى اللهُ عَلَى
سَيِّدِنَا مُحَمـَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ
رَبِّ العَــالَمِيْنَ
Artinya, “Wahai Tuhanku yang maha pemberi,
engkau tidak diberi. Wahai Tuhan pemilik kebesaran dan kemuliaan. Wahai Tuhan
pemberi segala kekayaan dan segala nikmat. Tiada tuhan selain Engkau, kekuatan
orang-orang yang meminta pertolongan, lindungan orang-orang yang mencari
perlindungan, dan tempat aman orang-orang yang takut. Tuhanku, jika Kau
mencatatku di sisi-Mu pada Lauh Mahfuzh sebagai orang celaka, sial, atau orang
yang sempit rezeki, maka hapuskanlah di Lauh Mahfuzh kecelakaan, kesialan, dan
kesempitan rezekiku. Catatlah aku di sisi-Mu sebagai orang yang mujur, murah
rezeki, dan taufiq untuk berbuat kebaikan karena Engkau telah berkata–sementara
perkataan-Mu adalah benar–di kitabmu yang diturunkan melalui ucapan Rasul
utusan-Mu, ‘Allah menghapus dan menetapkan apa yang Ia kehendaki. Di sisi-Nya
Lauh Mahfuzh.’ Semoga Allah memberikan shalawat kepada Sayyidina Muhammad SAW
dan keluarga beserta para sahabatnya. Segala puji bagi Allah SWT.”
Sayyid Muhammad Alawi
Al-Maliki (1910-2004)
Dalam kitab Madza fi
Sya’ban karya Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki menulis tiga amalan dalam Nisffu
Sya’ban:
Pertama, memperbanyak
doa. Anjuran ini didasarkan pada hadits riwayat Abu Bakar bahwa Nabi Muhammad SAW
bersabda, “(Rahmat) Allah SWT turun ke bumi pada malam nisfu Sya’ban. Dia akan
mengampuni segala sesuatu kecuali dosa musyrik dan orang yang di dalam hatinya
tersimpan kebencian (kemunafikan),” (HR Al-Baihaqi).
Kedua, membaca dua
kalimat syahadat sebanyak-banyaknya. Dua kalimat syahadat termasuk kalimat
mulia. Dua kalimat ini sangat baik dibaca kapan pun dan di mana pun terlebih
lagi pada malam nisfu Sya’ban. Sayyid Muhammad bin Alawi mengatakan,
“Seyogyanya seorang muslim mengisi waktu yang penuh berkah dan keutamaan dengan
memperbanyak membaca dua kalimat syahadat, La Ilaha Illallah Muhammad
Rasululullah, khususnya bulan Sya’ban dan malam pertengahannya.”
Ketiga, memperbanyak
istighfar. “Istighfar merupakan amalan utama yang harus dibiasakan orang Islam,
terutama pada waktu yang memiliki keutamaan, seperti Sya’ban dan malam
pertengahannya. Istighfar dapat memudahkan rezeki, sebagaimana dijelaskan dalam
Al-Qur’an dan hadits. Pada bulan Sya’ban pula dosa diampuni, kesulitan dimudahkan,
dan kesedihan dihilangkan.
Meneladani para sholihin
di Malam Nisfu Syakban untuk tahun 2022 ini adalah di hari Kamis malam Jum’at,
mulai Maghrib 17 sampai Fajar di 18 Maret 2022.
Wallohu A’lam.